Postingan

Semua Pekerjaan adalah Ladang Pelayanan

Cara pandang atas dunia kerja modern ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran Yunani yang berusia hampir 3000 tahun. Pemikiran mereka berpusat pada manusia dan berusaha menjauhkan diri dari Allah. Protragoras melemparkan pepatah bahwa, “manusia adalah tolak ukur segala hal.” Pola pikir orang Yunani tidak dapat dipisahkan dari konsep “dualisme”, yaitu gagasan tentang tingkatan yang lebih tinggi dan lebih rendah. Tingkatan lebih tinggi disebut “bentuk” yang terdiri dari  ide, gagasan dan pikiran yang tidak pernah mati. Sedangkan tingkatan yang lebih rendah bersifat rendah dan sementara. Hal yang bersifat rohani dianggap lebih mulia dan lebih tinggi daripada hal bersifat jasmani. Dari sini muncullah pemisahan bidang pekerjaan antara yang sekuler dan rohani. Pekerjaan duniawi atau sekuler lebih rendah daripada pekerjaan rohani. Pandangan ini menyebabkan orang yang bekerja di sektor biasa atau pemerintah merasa belum melayani Tuhan. Mereka menganggap pekerjaannya itu masih kalah berharga di ma

Sungguh-sungguh

Lima pegawai dinas pajak daerah di China dijatuhi skors karena ketahuan tidur atau membaca koran saat berlangsung konferensi jarak jauh dengan atasan mereka di Beijing. Ironisnya, isi konferensi jarak jauh itu adalah soal memberantas kemalasan saat jam kerja. Kantor berita Xinhua melaporkan, kelima orang itu menempati posisi penting di dinas pajak Provinsi Shanxi, China utara. Tidak dijelaskan berapa lama skors yang mereka terima. Mereka seharusnya berpartisipasi dalam pertemuan jarak jauh itu sebagai bagian dari kampanye mendorong peningkatan disiplin kerja. Kampanye itu digelar untuk mengingatkan pegawai negeri dan pejabat pemerintah bahwa mereka tak boleh meninggalkan pos mereka, bermain kartu atau komputer, atau ”menghadiri aktivitas rekreatif” selama jam kerja. Banyak orang bekerja karena keterpaksaan. Kepada jemaat di Kolose, Paulus menasihati supaya mereka melakukan segala sesuatu dengan segenap hati. Kata “segenap hati” dalam bahasa aslinya adalah ek psuches yang berarti “bera

Permainan

Dua anak Amerika menggunakan pistol mainan untuk merampok permen dan keripik dari rekan-rekan sekelas mereka.  Kelima korban tengah berjalan pulang saat salah satu anak mencabut pistol mainan dan menodong mereka.Para korban yang berusia antara 7 dan 11 tahun mengaku mengenal orang yang merampok mereka. “Pelaku menodongkan pistol ke kepala salah satu korban mereka dan bertanya, ‘Mana uangnya?”Kedua bandit kecil itu mengambil permen dan keripik kentang dari tas para korban mereka Alat permainan dapat membahayakan anak-anak. Untuk itu kita perlu cermat dalam membeli mainan. Misalnya, apakah suaranya terlalu bising? Apakah cat-nya mengandung racun? Apakah ukurannya terlalu kecil sehingga mudah tertelan anak-anak? Waktu kecil, ayah saya menemukan sebutir peluru. Didorong rasa ingin tahu, dia membakarnya dan meledak. Untung, proyektil peluru lewat di antara kedua kakinya. “Janganlah segan-segan mendidik anakmu. Jika engkau memukul dia dengan rotan, ia tak akan mati,” (Amsal 23:13 BIS) Bermai

Kebiasaan

Sarah sudah lama menunggu sebelum akhirnya ada orang yang akan mendonorkan ginjalnya. Namun dia tidak menyangka yang mendonorkan ginjal adalah Melody, putrinya sendiri. Tanpa memberitahu ibunya, Melody (18 tahun) pun langsung menjalankan tes di rumah sakit untuk sebelum mendonorkan ginjalnya. “Ini merupakan pengorbanan dari seorang remaja, saya hampir tak mempercayai ini. Saya tidak pernah merasakan rasa cinta dari putri saya yang seperti ini,” ujar Sarah. Mengapa Melody melakukan itu? Melody mengatakan, dirinya teringat akan ibunya yang saat itu mengandung adiknya, Ernie. Perjuangan pun dihadapi ibunya saat mengandung. Setelah Ernie lahir, ibunya kembali mengalami masalah yaitu pada ginjalnya. “Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib.” (Mazmur 71:17) Patut mendapat pujian di sini tidak hanya Melody saja, tapi ibunya juga. Dia berhasil mendidik anaknya untuk mau peduli pada orang lain. Sikap hidup seperti ini tidak

Mengukur Dua Kali

Seorang wanita Amerika tertabrak mobilnya sendiri ketika mencoba menolong seorang pria tua mengejar anjingnya yang melarikan diri. Anjing terrier milik Jack Russel, mengunyah tali sebelum berhasil melarikan diri. Perempuan itu pun langsung menolong Russel yang saat mengejar anjingnya. Saat menolong Jack, perempuan itu tampaknya lupa menarik rem tangan saat memarkir mobilnya. Mobil itu pun langsung meluncur dengan pintu terbuka dan menghantamnya. Perempuan itu terluka ringan dan mulai membaik. “Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan” (Amsal 21:5) Sebuah kisah konyol, sekaligus tragis. Kita pun mungkin pernah mengalami hal serupa. Penyebabnya karena kita tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu. Kita tidak menyediakan waktu yang cukup untuk menyusun rencana dengan baik. Akibatnya, keinginan kita tidak tercapai dengan optimal. Bahkan bisa jadi malah gagal total. Sebuah kesuksesan dimulai dari perencanaan

Semangat yang Patah

Para peneliti mengatakan bahwa walaupun pola hidup berubah lebih sehat seperti, makan makanan yang bergizi, memulai olah raga, tidur 6-8 jam setiap malam, berpantang pada alkohol, rokok dan obat-obat berbahaya lainnya, tapi jika tingkat stress tetap tinggi, maka untuk menjadi lebih sehat sangatlah lambat. Dalam versi New King James , “semangat yang patah”, berarti “roh/jiwa yang hancur.” Kata ini digunakan untuk melukiskan keadaan manusia yang telah kehilangan gairah hidup. Dia merasakan kesusahan, kekecewaan, kekuatiran, kepedihan hati, kepahitan dll. Terhadap situasi ini, raja Salomo menyebutkan akibatnya, yaitu dapat mengeringkan tulang alias mengganggu kesehatan tubuh.  “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” (Amsal 17:22) Apa yang kita pikirkan dan rasakan, dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. E G White, seorang penulis terkenal menulis: “Penyakit pikiran terjadi dimana-mana. Sembilan dari sepuluh penyakit yang diderita manusia

Daya Pengampunan

Seorang pria yang mengaku mencuri di toko Seattle Sears berpuluh-puluh tahun lalu mengembalikan uang curian dengan bunganya. Pria paruh baya memberikan sebuah amplop yang ditujukan kepada manajer toko. “Pada tahun 40-an, saya mencuri uang dari mesin kasir sejumlah USD20. Saya ingin mengembalikan uang tersebut sebesar USD100,” demikian tulis surat tersebut Yang menarik, sebenarnya pihak toko memergoki aksi pencurian itu, tapi mereka memutuskan untuk mengampuni dan tidak melapor polisi. Kesabaran itu tidak sia-sia. Ternyata sang pria itu mengakui kesalahannya. Uang itu pun rencananya akan diberikan untuk membantu para keluarga yang tidak mampu. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9) Mengampuni bukan sebuah saran, melainkan perintah Tuhan. Tidak mau mengampuni justru akan merugikan diri sendiri.  Dalam batin kita akan selalu tersimpan sebuah kepahitan yang merusak