Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2011

Nada yang Indah

Nas: “ Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan .”--(Filipi 2:2) Sebuah, acara infotainment di televisi menayangkan seorang suami selebritis yang memberi kejutan kepada isterinya, yang juga selebritis. Dia menutup mata isterinya, kemudian mengajaknya ke sebuah rumah yang diam-diam dibelinya.   Dalam program itu, isterinya tampak terharu. Menyaksikan acara itu, saya bertanya kepada isteri saya.   "Menurutmu, kejutan seperti itu baik atau tidak?" tanya saya. "Baik saja," jawab isteri saya,"itu bisa menjadi satu cara untuk memelihara kemesraan dalam rumahtangga." Tapi saya tidak sepakat.   Memberikan kejutan memang baik, tapi dalam hal-hal tertentu, hal itu tidak tepat dilakukan. Khususnya untuk memutuskan sesuatu yang besar.   Menurut saya, membeli rumah adalah sebuah keputusan yang besar. Karena itu perlu dibicarakan antara suami dan isteri. Isteri saya mengiyakan. Paulus mena

Telinga Seorang Sahabat

Perikop: Amsal 20:12   Nas: " Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, kedua-duanya dibuat oleh TUHAN. " -- Amsal 20:12   Waktu itu saya masih kecil. Suatu malam, Ibu saya sakit dan harus segera dibawa oleh Bapak dan beberapa tetangga ke rumah sakit. Saya dan adik-adik saya ditinggal di rumah. Ada seorang tetangga yang menemani kami. Orangnya sangat sederhana dan tidak banyak bicara. Malam itu, dia tidur di kursi tamu.   Kehadiran Bapak tua ini sangar berarti bagi kami. Kami merasa aman dan tidak sendirian. Kehadiran teman pada saat-saat yang berat, nilainya sangat besar. Dalam masa-masa pergumulan-Nya yang berat di taman Getsemane, Yesus membutuhkan kehadiran teman. Tapi yang didapati-Nya adalah para murid yang tertidur.   Dengan prihatin Yesus berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?" (Mat.26:40). Yesus tidak membutuhkan apa-apa selain seorang teman yang ikut berbela rasa (empati) dengan-Nya. Keluarga Blessing , pada ja

Ten Commandment for Marriage

Gambar
Alexander Pope, penyair abad ke-18 berkata, “Berbahagialah orang yang tidak berharap karena mereka tidak pernah dikecewakan.” Pikiran yang logis. Semakin besar harapan orang itu, semakin besar kekecewaan yang didapatkan jika harapan itu tak terwujud. Ketika memasuki gerbang pernikahan, banyak pasangan menggenggam harapan yang tinggi. Akan tetapi setelah lewat bulan madu, bayang-bayang harapan itu seolah semakin menjauh. Banyak pasangan yang akhirnya memilih menyerah dan berhenti mengejar harapan itu. Penelitian yang dilakukan Ted Huston, Ph.D dari A.S. menemukan bahwa pasangan yang berhasil melewati dua tahun pertama perkawinan, mereka lolos pula pada tahun-tahun berikutnya. Waktu selama 48 bulan ini merupakan masa-masa kritis untuk mengembangkan pola hubungan. Meraka membicarakan, mendiskusikan dan menyepakati cara menjalani hidup bersama-sama. Misalnya bagaimana mengelola keuangan, pembagian kerja di rumah, cara menghabiskan waktu luang bersama, memehami perbedaan masing-masing, bela

Indahnya Kebersamaan

Setiap kali mendengat kata “Gunungkidul”, banyak orang membayangkan situasi yang serba sulit: Sulit minum, sulit makan dan sulit prasarana. Demikianlah adanya yang saya alami pada masa kecil saya. Meski begitu, keadaan itu tidak mengurangi kesan indah saat merayakan Natal di kabupaten termiskin di DIY. Di desa saya tidak ada tradisi merayakan Natal dalam keluarga karena masih kuatnya ikatan sosial di warga. Semua hal inginnya dikerjakan bersama-sama. Bahkan warga yang non-Kristiani pun ikut membantu. Seminggu sebelum Natal , anak-anak Sekolah Minggu dikerahkan untuk membersihkan balai desa yang akan dipakai untuk acara perayaan Natal .   Pada hari H-1, anak-anak SM membawa sebatang kayu bakar, sepiring beras dan lembaran daun pisang yang sudah dilipat rapi. Mereka menghantarkan barang-barang itu ke rumah Majelis, yang dijadikan “dapur umum”. Sorenya, Pria-pria dewasa muncul untuk mempersiapkan tempat, seperti membuat panggung, menata kursi, dan membuat dekorasi. Sedangkan di dapur um

Bosan Berbuah Lagu

“Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!” (Mazmur 98:4)   "Gembira" atau " Joy " adalah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana hati orang Kristen pada   masa Adven (menyongsong Natal ). Selama masa Adven , gereja di Eropa pada abad ke-17 memiliki tradisi membaca kitab Mazmur. Isaac Watts (18 tahun) merasa bosan dengan cara jemaat menyanyikan ayat-ayat Mazmur. Ayahnya melihat hal ini. Maka dia memberikan tantangan kepada Watts : "Anak muda, kalau kamu bosan dengan lagu Mazmur ini, mengapa kamu tidak menciptakan lagu yang lebih baik?" Tertantang oleh ucapan ayahnya, bocah Inggris yang sejak usia tahun sudah fasih bahasa Latin ini segera membuka Mazmur 98:4-9. Maka terciptalah lagu yang aslinya berjudul " The Messiah's Coming and Kingdom ".   Untuk melodinya, Lawol Mason, seorang musisi dari Amerika mengadaptasikannya dari komposisi George Frederick Handel, dari Jerman. Lagu ini k

Keceriaan Natal

“Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." (Lukas 2:13-14) Charles Wesley, adalah seorang pengkhotbah Inggris yang mengarang sekitar 6500 lagu rohani. Dia mengikuti jejak John Wesley, ayahnya dan kakaknya yang lebih dulu masuk dalam   pelayanan. Tahun 1730-an, Charles dan dua saudaranya mengikuti gubernur Oglethorpe melakukan perjalanan ke Amerika.   Saat itu, Chares menjabat sebagai sekretaris gubernur.   Dalam pelancongan ini, Charles mengalami pertobatan. Sekembalinya ke Inggris, dia memutuskan menjadi pengkhotbah keliling. Setahun setelah pertobatannya, Wesley menciptakan lagu Natal ( Christmas Carol ) karena sejak 1627, parlemen Inggris yang puritan melarang penggunaan lagu-lagu Natal . Alasannya mereka menilai Natal sebagai "festival duniawi".   Lagu yang berjudul

Keterbatasan tak Membatasi

   “[Maria] melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.”(Lukas 2:7)   Malam itu, langit di lereng pegunungan Alpen , Austria , terlihat cerah. Namun Joseph Mohr berjalan menulusuri jalan setapak dengan hati gundah. Dia tidak bisa menggunakan organ gereja untuk pementasan drama Natal , karena alat musik itu rusak akibat digigiti tikus. Dari puncak bukit, Mohr melihat pemandangan di bawahnya.   Dia terpesona pada kerlap-kerlip lampu-lampu yang memancar dari dalam rumah penduduk. Suasananya sangat sunyi dan teduh. Pemandangan itu melanturkan angan-anganya pada suasana malam ketika Kristus lahir di kandang Betlehem.   "Malam sunyi! Malam kudus!" Kata-kata itulah yang yang tiba-tiba terlintas di benak Mohr. Mohr buru-buru pulang dan segera menuliskan baris-baris puisi yang meluap dari hatinya. Keesokan harinya, dia menemui Franz Xaver Grüber, s

Biasa, Diubah Jadi Luarbiasa

“Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel ."   (Matius 2:6) Phillips Brooks , adalah seorang pengkhotbah ngetop di Amerika. Dia mendapat kesan yang sangat mendalam ketika merayakan Natal di gereja kelahiran Kristus di   Betlehem, tahun 1865. Tiga tahun kemudian, saat menjadi pendeta di gereja Holly Trinity , Philadelphia , Brooks mencari lagu Natal baru untuk dipentaskan dalam perayaan Natal Sekolah Minggu. Dia lalu teringat pengalamannya di Betlehem itu dan menuangkannya dalam bentuk syair lagu. Brooks lalu minta tolong Lewis H. Redner, pemain organ gereja dan pemimpin Sekolah Minggu untuk dibuatkan melodinya. Selama beberapa hari Redner bekerja keras mencari nada-nada yang cocok, tapi tidak menemukan nada yang pas. Sore hari sebelum malam Natal , tiba-tiba Redner terbangun dari tidurnya.   Telinganya terngia

Anak: Antara Ada dan Tiada

Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.   (Markus 10:14)   “Cadangan itu apa sih?” Terdengar suara anak kecil di seberang bilik di warung internet. Tampaknya anak kecil itu bertanya kepada orangtuanya. Saya tertarik untuk memperhatikan percakapan itu. Saya tunggu-tunggu, ternyata orangtuanya tidak menjawab pertanyaan itu. Mereka sedang asyik menelusuri dan membicarakan daftar nama yang tertera di dalam di situs. Nama yang mereka cari tampaknya ada di dalam peringkat cadangan. Sang anak mendengar pembicaraan itu. Dia tidak tahu arti kata “cadangan”. Namun saat bertanya, dia diabaikan oleh orangtuanya. Kemudian anak itu mengulangi pertanyaannya, tetapi tetap saja dicuekin . Saya perhatikan, anak itu sudah bertanya lebih dari 5 kali, tanpa ada satu jawaban memuaskan dari orangtua. Keberadaan anak itu seolah-olah tidak

Marah, Boleh Saja Asal….

“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” (Efesus 4:26 ) Karena tugas pelayanan maka setiap hari Minggu kami selalu makan di luar. Suatu kali, usai kebaktian, perut saya terasa lapar sekali. Saya mengajak pasangan saya untuk mencari makan, tapi dia terlihat enggan. Saya merasa kesal melihat sikapnya itu. Meskipun akhirnya pergi juga, tapi sakit maag saya terlanjur kambuh. Dari siang sampai sore, hati saya menjadi uring-uringan . Saat berangkat pelayanan untuk ibadah sore, perasaan dongkol itu masih terselip di hati. Ketika pasangan saya sedang berkhotbah, saya menemukan ayat Ef. 4:26. Dalam ayat ini, Paulus tidak melarang kita menjadi marah, asalkan memenuhi syaratnya, yaitu tidak berbuat dosa . Eh benar juga! Setelah saya renung-renungkan, selama diselubungi kemarahan, saya cenderung membenarkan diri dan mencari-cari kesalahan pasangan saya. Saya cenderung menyalahkan dia sebagai penyebab kambuhnya maag saya. Pada

Miskin tapi Bergaya

“Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar.” (Pengkhotbah 1:8)   Saat menyertai kunjungan Presiden ke luar negeri, wartawan Indonesia mendapat sindiran dari koleganya di sana . Diceritakan bahwa wartawan Indonesia memakai jas yang lengkap, sementara wartawan di negara yang dikunjungi hanya memakai baju biasa yang rapi. “Katanya negeri kalian sedang dilanda krisis, tapi mengapa memakai baju yang mahal-mahal?” tanya wartawan dari negara yang lebih kaya. Petugas protokoler dari istana Kepresidenan langsung menyahut dengan diplomatis, “Kami berpakaian begini untuk menghormati tuan rumah, kok. ” Sementara itu, pada rubrik ekonomi diberitakan bahwa produsen handphone merek terkenal sedang mengincar pasar Indonesia . Setiap kali mengeluarkan seri terbaru, mereka lebih dulu meluncurkan di Indonesia . Baru kemudian menyusul di negara-negara tetangga yang “kaya.” Dari kedua cerita di atas, kita melihat satu persam

Tiga Bahan Pembersih Alami

Di jaman modern ini tersedia berbagai macam cairan pembersih yang praktis. Kita tinggal menuangkan isinya, “crot...crot..crot” maka bersihlah perabotan kita. Meski begitu, cairan yang dipasarkan ini kebanyakan menggunakan bahan sintetis yang mencemari lingkungan. Untuk itulah, kita patut untuk menggunakan kembali bahan-bahan yang alami. Selain aman dan mudah didapat, bahan-bahan ini dapat menghemat pengeluaran kita. ·          Cuka Cuka merupakan bahan pembersih yang ampuh. Larutkan satu bagian cuka dengan satu bagian air ke dalam botol semprot yang masih baru. Semprotkan larutan cuka pada pinggiran bak mandi dan toilet untuk membersihkan noda-noda yang melekat. Lalu siramlah dengan air. Larutan cuka dapat membersihkan sisa-sisa sabun yang mengeras di sela-sela keramik kamar mandi. Larutan juga ampuh untuk membersihkan kotoran pada kompor gas dan peralatan dapur lainnya. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai larutan untuk mengepel lantai kamar mandi. ·          Jeruk Nipis Belahlah

Warisan Iman

Di dalam Alkitab, kita membaca dua orang orang Ibu yang mewariskan kesalehan iman pada anaknya. Ibu yang pertama bernama Lois. Namanya punya arti   "disetujui" atau "dikehendaki". Lois adalah seorang penganut Yahudi yang tinggal di Listra (sebuah kota di negara Turki). Sebagian besar penduduk kota menyembah dewa-dewa Yunani, tetapi Lois tetap beriman pada Allah yang satu. Lois memiliki anak perempuan bernama Eunike. Dia mengajarkan Taurat pada Eunike. Meskipun   menikah dengan pria Yunani, Eunike tetap teguh pada imannya. Hal ini cocok dengan arti nama Eunike, yaitu kemenangan atau sukacita kemenangan. Dia telah menang atas godaan dan tekanan untuk menyembah illah lain. Ibu yang kedua bernama Eunike. Dia mempunyai anak bernama Timotius. Artinya "orang yang takut pada Tuhan".   Eunike mendidik anaknya supaya takut pada Tuhan. Penguasaan mereka atas Taurat merupakan persiapan untuk Kabar Baik yang dibawa   Paulus ketika berkunjung ke Derbe dan Listra. Lois,

Bahtera tanpa Kemudi

“ Karena iman, maka Nuh-dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan- dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya” – (Ibrani 11:7) Pernahkah Anda memperhatikan bahwa ketika Tuhan memerintah nabi Nuh supaya membangun bahtera, Tuhan tidak memberikan perintah untuk membuat kemudi? Setiap kapal, terutama yang berukuran besar, biasanya memiliki kemudi. Namun u tuk bahtera ini, tidak. Bayangkan Nuh bertanya demikian, “Mmmm, Tuhan...saya mau tanya sedikit, nih. Mengapa tidak ada kemudinya?” Tapi Nuh tidak menanyakan itu. Tanggapan Nuh kira-kira seperti ini, “Baiklah Tuhan. Saya akan keluar dari wilayah kenyamanan saya untuk melakukan kehendak-Mu.” Nuh tidak memusingkan persoalan kemudi karena dia memiliki keyakinan bahwa kemana pun dia dan keluarganya berada, mereka berada di bawah naungan Allah yang Mahakuasa. Yang dilakukan Nuh adalah melakuka perintah Tuhan dan menunggu perintah berikutnya dengan tekun. Apakah Tuhan memanggil Anda untuk keluar dari saran

Harta Terpendam

"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu."- (Matius 13:44) Pada jaman dulu, seorang petani bernama Ali Facid bertemu dengan seorang Biksu. Biksu memberitahu ada sebuah berlian. Jika Ali bisa menemukannya, maka dia akan menjadi kaya. Tergiur oleh informasi itu, Ali segera menjual tanah dan rumahnya. Setelah menitipkan keluarganya pada tetangganya, dia sendiri pergi untuk mencari berlian itu. Bulan demi bulan berlalu. Ali sudah kehabisan uang, tetapi belum juga menemukan berlian itu. Akhirnya, dengan putus asa dia menceburkan tubuhnya ke teluk Barcelona. Sementara itu, pembeli tanah dan rumah Ali menemukan sebongkah batu yang menarik di ladang bekas milik Ali. Dia mengambil batu itu dan menyimpannya di rumah. Dia menaruhnya batu itu di atas kain. Beberapa hari kemudian, Biksu datang lagi ke rumah itu dan melihat batu itu. &q

Harta Terpendam

"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu."- (Matius 13:44) Pada jaman dulu, seorang petani bernama Ali Facid bertemu dengan seorang Biksu. Biksu memberitahu ada sebuah berlian. Jika Ali bisa menemukannya, maka dia akan menjadi kaya. Tergiur oleh informasi itu, Ali segera menjual tanah dan rumahnya. Setelah menitipkan keluarganya pada tetangganya, dia sendiri pergi untuk mencari berlian itu. Bulan demi bulan berlalu. Ali sudah kehabisan uang, tetapi belum juga menemukan berlian itu. Akhirnya, dengan putus asa dia menceburkan tubuhnya ke teluk Barcelona. Sementara itu, pembeli tanah dan rumah Ali menemukan sebongkah batu yang menarik di ladang bekas milik Ali. Dia mengambil batu itu dan menyimpannya di rumah. Dia menaruhnya batu itu di atas kain. Beberapa hari kemudian, Biksu datang lagi ke rumah itu dan melihat batu itu. &q

Penginjilan Belas Kasih

   "Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik." - (Yakobus 2:8) Ada legenda menarik pada abad ke-13 tentang Santo Fransiskus. Suatu kali dia mengajak seorang Novis (calon pastor) untuk berkhotbah di desa sebelah. Dalam perjalanan, mereka menjumpai seseorang yang mengalami luka-luka. Mereka berhenti sejenak untuk mengobati luka-luka orang itu. Setelah itu melanjutkan perjalanan kembali. Tak berapa lama, mereka bertemu dengan seorang pengemis yang kelaparan. Mereka berhenti sejenak untuk menolong pengemis itu. Ketika melanjutkan perjalanan, mereka bersua dengan beberapa orang yang membutuhkan pertolongan. Fransiskus dan muridnya pun memberi pertolongan. Ketika matahari sudah turun di ufuk Barat, Fransiskus mengajak muridnya untuk kembali ke biara untuk sembahyang petang. "Bapa, bukankah kita akan berkhotbah di desa ini? Mengapa sekarang kita malah kembal

Akulah Pintu

"Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. " - (Yohanes 10:9) George Adam Smith, seorang ahli Alkitab, pada abad ke-19 berkunjung ke Israel. Suatu hari dia bercakap-cakap dengan seorang penggembala. George bertanya, jika malam tiba, kemanakah domba-domba itu digiring. Gembala itu menunjukkan sebuah ceruk dengan yang dikelilingi empat dinding alami dan satu lubang keluar-masuk. "Apakah aman? Bukankah tidak ada pintu penutupnya?" tanya George. "Sayalah pintunya," kata gembala. Gembala itu bukan orang Kristen. Dia tidak mengutip ayat Perjanjian baru., namun dia berbicara berdasarkan sudut pandang budaya Timur Tengah saat itu. "Apa maksudnya?" tanya George. "Bila malam menjelang, saya memasukkan semua domba ke ceruk itu. Saya lalu berbaring di depan lubang itu sehingga tidak ada domba atau serigala yang bisa keluar atau masuk tanpa melewati tubuh saya. Sayalah pintunya,

Kekuatan Tersembunyi

"TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia." - (Keluaran 15:2) Seorang anak ingin membantu ayahnya bekerja di ladang. Ayahnya menyuruh dia menyingkirkan batu-batu yang berserakan di ladang supaya dia bisa membajaknya. Beberapa saat kemudian, anak itu berusaha keras menggulingkan sebuah batu besar. Sang Ayah hanya menyaksikan dari jauh. Anak itu mengerahkan segenap tenaga, tetapi batu itu tetap bergeming. Akhirnya dia menyerah. Dengan terengah-engah dia berkata pada ayahnya, "Aku tidak bisa memindahkan batu ini." "Apakah kamu sudah menggunakan seluruh kekuatanmu?" tanya ayahnya sambil berjalan mendekat. "Sudah, Yah" jawabnya murung. Sang ayah tersenyum sambil menepuk bahu anaknya. "Belum. Kau belum menggunakan semua kekuatanmu. Kau belum meminta bantuan Ayah," katanya sambil memegang batu besar itu. Dengan bantuan ayahnya, anak itu berhasil menggulingkan ba

Kuk Ringan

"Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." (Matius 11:29-30) Ada sebuah legenda tentang masa muda Yesus. Ketika itu, Yesus berprofesi sebagai tukang kayu yang terkenal di Nazaret. Banyak orang dari tempat jauh yang memesan kuk buatan Yesus, karena bermutu bagus. Setiap kali ada pelanggan yang datang bersama sepasang sapinya, Yesus lebih dulu mengukur tinggi dan lebar bahu setiap sapi. Dia lalu mengukur jarak di antara dua sapi. Setelah itu Yesus mengerjakan kuk sesuai dengan ukuran itu. Beberapa minggu kemudian, pelanggan datang lagi sambil membawa sepasang sapinya. Yesus memasangkan kuk ke bahu kedua sapi. Karena sudah diukur dengan cermat, kuk itu menempel dengan pas di bahu sapi. Kedua sapi itu merasa nyaman dalam menanggung kuk itu. Di dalam perumpamaan tentang kuk ini seolah-olah terjadi sebuah paradoks. Di satu sisi Yesus mengundang orang yang memikul beban berat supaya datang kepada-Nya. Akan tetapi setelah itu, Yesus malah memasang kuk pada orang itu.

Aku Selalu Bersamamu

"Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."- (Yesaya 41:10) Tahun 1989, gempa bumi yang dahsyat mengguncang Armenia. Guncangan yang hanya empat menit itu menewaskan lebih dari 30 ribu orang. Di tengah kepanikan, seorang ayah berlari menuju sekolah anaknya. Sampai di sana, dia mendapati gedung itu sudah rata dengan tanah. Sambil menatap puing-puing sekolah, dia teringat janji yang pernah dia ucapkan kepada anaknya, "Apapun yang terjadi, Ayah selalu bersamamu." Dia berlari ke pojok belakang gedung. Di situlah lokasi ruang kelas anaknya. Dia mulai menggali puing-puing. Beberapa orangtua murid berusaha menghentikannya. "Sudah terlambat." "Mereka sudah mati." "Tidak ada gunanya." Demikian kata mereka. Bahkan polisi dan pemadam kebakaran juga menyarankan ayah ini agar pulang sa

Mencari Kambing Hitam

"Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." (Kejadian 3:12) Di kampung saya ada kebiasaan orangtua yang kurang tepat. Jika anak mereka yang masih kecil terjerembab atau menabrak sesuatu, maka mereka akan buru-buru menyalahkan sesuatu supaya anaknya berhenti menangis. Biasanya mereka menyalahkan "katak imajiner" atau dengan memukul benda yang menjadi penyebab kecelakaan itu. Usut punya usut, ternyata kebiasaan mencari kambing hitam sudah muncul sejak manusia pertama jatuh ke dalam dosa. Setelah melanggar larangan memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, manusia menjadi malu karena telanjang dan menyembunyikan diri. Allah bertanya siapa yang memberitahu bahwa mereka telanjang. Allah juga bertanya apakah mereka makan buah terlarang itu. Alih-alih memberikan jawaban atas pertanyaan itu, Adam malah menyalahkan Allah dan Hawa. Hawa pun tak mau kalah. Ia melempa

Warisan Iman

   "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu...:" -(Ulangan 6:6-7) Ketika anak-anak sudah berkumpul di sekitar tempat tidurnya, ia memegang tangan Jackson, lalu berkata, "Ibu berharap kamu menjadi manusia yang berguna. Suatu saat nanti kamu akan disebut 'Rumah'. Jika saat itu sudah tiba, dunia ini akan menjadi lebih baik berkat dirimu." Ibu itu berhenti sejenak untuk mengambil napas. "Rahasia hidup benar adalah tetap dekat pada Tuhan. Kamu harus rajin berdoa. Berdoa ketika berangkat tidur. Berdoa ketika bangun tidur. Berdoa sepanjang hari. Dan memiliki iman. Kamu harus percaya pada Dia menciptakan kamu." Beberapa saat kemudian, Ibu itu menghadap Bapa di Sorga. Pesan terakhir ibunya itu sangat membekas di hati Stonewall Jackson, seorang Jenderal pada tentara Konfederasi, Amerika. Ibu Jackson telah mengemban tugas sebagai orangtua dengan baik. Dia tela