Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Bahasa tak Terkatakan

Pasangan Anda berkata, “Saya sehat, kok ” tapi wajahnya terlihat pucat dan keringatan. Mana yang lebih Anda percayai? Pasti tanda-tanda yang terlihat. Inilah yang disebut bahasa nonverbal. Seperti kata pemazmur, orang yang “bertegang leher” adalah ciri orang yang sedang marah. Dengan mengetahui bahasa tubuh pasangan Anda, maka Anda dapat menghindari pertengkaran. 1. Perhatikan bahu pasangan Anda. Bahu yang membungkuk menandakan dia mengalah. Bahu yang tegap berarti dia siap “perang.” Dengan mengamati perubahan ini dapat menghindari pertengkaran. 2. Duduk dan condongkan kepala Anda ke depan jika bertanya apa yang membuat pasangan Anda sedih. Duduk menandakan Anda siap mendengar dan kepala yang condong ke depan menunjukkan minat Anda. 3. Ketika duduk bersama atau berboncengan, sandarkan Anda ke pasangan Anda. Hal ini menunjukkan Anda ingin lebih dekat padanya. 4. Bola mata membesar ketika melihat hal yang menarik. Tatap mata pasangan Anda untuk mengirimkan sinyal cinta. 5. Jika bertengka

Layanan

Sewaktu kuliah, saya tinggal di kota lain, meski masih satu propinsi. Setiap hari Sabtu, saya pulang ke rumah. Ketika balik ke kost, ibu sering membekali saya dengan camilan sederhana buatannya sendiri. Biasanya penganan atau sambal tempe kering yang bisa awet lama. Layanan ini menunjukkan bahasa kasih ibu kepada saya. Sedangkan layanan bapak saya adalah dengan membuatkan mainan kayu.  Meski bekerja sebagai guru, tapi bapak saya mewarisi keterampilan tukang kayu dari kakek. Mainan buatan bapak saya paling bagus dibanding mainan teman-teman saya. Layanan ini membuat anak-anak merasa bermakna dan dicintai. Layanan yang dilakukan oleh orangtua akan ditiru oleh anak dalam hal melayani dan tanggungjawab. Jangan harap anak Anda bersedia untuk melayani orang lain jika dia dewasa, jika pada masa kecil dia tidak mendapat teladan dari orangtuanya. “Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.” (1 Tesalonika 2:7) Meskipun Anda memiliki pembantu

Hadiah

Waktu kecil, setiap hari Kamis saya selalu menantikan ayah pulang dari mengajar. Ketika mendengar bunyi dering sepeda dibunyikan, saya segera  menghambur dan menyambut tas kerja ayah. Buru-buru saya membuka isi tas untuk mendapatkan majalah anak-anak edisi terbaru. Pemberian hadiah merupakan salah satu bentuk ungkapan cinta dan diberikan gratis oleh orangtua. Hal ini dapat dipakai sebagai momentum untuk menunjukkan kasih karunia Allah. Para orangtua sering mengaitkan pemberian hadiah dengan syarat-syarat tertentu. “Ayah akan membelikan sepeda baru jika kamu naik kelas” atau “Mama akan memberi tas Gucci , kalau kamu mau ikut paduan suara.” Tampaknya tindakan ini dapat menimbulkan motivasi pada anak. Tapi sesungguhnya motivasinya adalah untuk mendapatkan hadiah itu, bukan demi kemajuannya. “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.” (Yakobus 1:17) Sel

Waktu Berkualitas

Seorang anak ingin sekali ditemani oleh papanya untuk bermain. Tapi papanya terlalu sibuk. “Berapa sih gaji papa untuk tiap jam?” tanya sang anak. Papanya menjawab, “Papa digaji 100 ribu/jam.” “Saya punya uang 50 ribu. Maukah papa bermain denganku selama setengah jam?” tanya anak. Ilustrasi ini menggambarkan perlunya waktu berkualitas bersama anak.  Waktu yang Anda berikan untuk mendampingi anak menunjukkan bahwa Anda menghargai dan kebersamaan mereka. Kehadiran fisik saja tidak cukup, jika perhatian Anda tercurah di tempat lain. Misalnya Anda mengajak anak bermain di kebun binatang, tapi Anda tetap mengurusi pekerjaan dengan handphone . Anda menemani anak belajar sambil membaca koran. Kebersamaan ini harus disertai dengan pencurahan perhatian sepenuhnya kepada anak. Ini yang disebut waktu berkualitas. Kehadiran Anda merupakan hadiah yang tergantikan bagi anak-anak Anda. Anak membutuhkan orangtua untuk mendampingi dalam belajar, mengerjakan PR, mengajarkan sopan-santun, membacakan ceri

Kata-kata Penegas

Sewaktu SMA, badan saya sangat kurus. Pada pelajaran olahraga, kami diharuskan memegang palang besi yang ada di atas kami. Kemudian mengangkat tubuh kami sehingga wajah melewati besi. Dengan susah payah saya sudah berusaha melakukannya, tapi malah ditertawakan oleh guru olahraga. Namun yang membuat saya sakit hati adalah ucapan sang guru. “Ha…ha…ha… kayak cacing,” komentar guru saya. Meski saya sudah mengampuni sang guru itu, tapi ingatan saya masih merekam jelas peristiwa itu. Itulah kekuatan kata-kata. Tapi kata-kata juga punya kekuatan positif jika dipakai sebagai kata-kata penegas. Kata-kata penegas adalah ucapan yang diberikan untuk memberi pujian, dorongan dan meneguhkan bahwa perbuatannya sudah benar. Ucapan ini bisa berupa pujian, “Kamu anak yang pintar.” Bisa juga berupa kata-kata yang membesarkan hati: “Ya, bagus. Kamu pasti bisa.” Atau kata-kata bimbingan: “Sini, ibu ajari.” Kata-kata seperti ini membuat anak bersemangat dan merasa dihargai. “Dan hendaklah kita saling mempe

Sentuhan Fisik

Dalam dunia psikologi kristiani, dikenal ada 5 Bahasa Kasih, yang terdiri dari: sentuhan fisik, kata-kata penegas, waktu berkualitas, hadiah dan layanan. Dengan mempraktikkan 5 Bahasa Kasih ini dapat menolong kita dalam menyatakan cinta tak bersyarat kepada anak-anak. Sentuhan fisik adalah bahasa cinta yang paling mudah digunakan tanpa syarat. Orangtua tidak perlu mencari kesempatan khusus ataupun alasan bila hendak melakukan sentuhan fisik. Misalnya jika anak sedih, maka kita menggendongnya, maka anak merasa aman. Jika anak takut, kita memeluknya, maka anak merasa aman. Jika anak berprestasi, kita menepuk pundaknya, maka anak merasa mendapat pengakuan. Akan tetapi sentuhan fisik juga dapat menimbulkan luka-luka batin pada anak-anak. Contohnya, dengan memukul, menampar, mencolek (yang melecehkan secara seksual), menendang dll. Luka-luka fisik mungkin akan sembuh hanya dalam beberapa hari. Namun luka-luka dalam batin akan membekas selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan mungkin se

Dukungan Pasangan

Suatu hari seorang raja mengunjungi sebuah desa. Konon kaum istri di desa itu terkenal sangat dominan, sehingga membuat takut para suami. Raja ingin membuktikan kebenarannya. Dia mengumpulkan para suami di tengah lapangan, kemudian menarik garis panjang di tanah. “Bagi suami-suami yang takut dan tunduk pada perintah istrinya, berdirilah di sebelah kiri garis!” perintah sang raja. Maka berbondong-bondonglah para suami ke sebelah kiri baris. “Bagi suami-suami yang tidak takut dan tidak mau diperintah istrinya, berdirilah di sebelah kanan garis!” perintah sang raja lagi. Ternyata hanya satu pria yang ada di sana. Sang raja penasaran dan menghampiri pria itu. “Apa rahasianya sehingga kamu berdiri di sebelah kanan?” tanya raja. “Saya tidak tahu,” jawab pria itu polos, “Saya hanya menuruti saja perintah istri saya.” Humor ini memberikan pelajaran tentang perlunya kesetaraan dalam relasi suami-istri. Tidak ada yang lebih berkuasa atas yang lain. Yang terjadi adalah relasi yang saling melengka

Kuasa Pujian

Teman saya, pak Xavier, mengajarkan untuk memuji orang lain untuk hal-hal yang sederhana. Contohnya, jika hidangan di warung makan enak, maka dia akan memberi pujian kepada tukang masak atau pemilik restoran. Saya pun meniru cara ini. Ternyata efeknya dahsyat. Pemilik warung merasa senang dan melayani saya dengan ramah setiap kali saya datang lagi. Dalam buku “ 20 Surprisingly Simple Rules and Tools for a Great Marriage ”, ada empat jenis pujian: 1. Pujian untuk kepemilikannya. Pujilah benda-benda miliknya, apalagi yang menjadi kesayangannya. “Saya suka gaun yang baru saja kamu beli” atau “Dasimu cocok sekali dengan jasmu.”  Meski kelihatannya dibuat-buat, tapi pujian ini dapat menjadi awal yang baik. 2. Pujian untuk penampilannya. Katakanlah, “Potongan rambutmu membuatmu semakin cantik” atau “Sepatu ini membuatmu tampak berwibawa.” 3. Pujian untuk perbuatannya. Orang akan merasa senang jika hasil pekerjaannya diakui dan dianggap baik. “Hmmm….masakanmu enak. Aku sampai kekenyangan” ata

Gaya Komunikasi ala Burung (3)

Pada dua renungan sebelumnya kita sudah mengenali empat gaya komunikasi negatif: Gaya elang, merpati, burung hantu dan burung onta. Saya berharap Anda tidak termasuk dalam salah satu dari empat gaya komunikasi tersebut. Akan tetapi, jika ya, maka Anda tidak perlu cemas. Masih ada langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pola komunikasi Anda. Pertama, mengetahui apakah Anda termasuk dalam salah satu ciri-ciri gaya komunikasi tersebut. Kedua, mengakui bahwa hal tersebut tidak sehat. Katakan di depan cermin, “Aku adalah merpati. Caraku berkomunikasi ini menyakiti pasanganku.” Mengakui dengan cara ini mempermudah Anda mengakuinya nanti di depan pasangan Anda. Ketiga, bertekad mengubah pola komunikasi. Allah memberi kebebasan pada manusia untuk membuat keputusan. Jika Anda memutuskan untuk berubah, Roh Kudus akan menolong. Keempat, menggantikan pola lama dengan pola baru. “Merpati” perlu berkata dengan jujur dalam kasih. “Elang” belajar menerima tanggungjawab untuk perbuatanny

Gaya Komunikasi ala Burung (2)

Pada renungan sebelumnya, kita sudah membahas tentang enam gaya komunikasi yang tidak sehat, yaitu saya merpati dan gaya elang. Sekarang kita akan melanjutkan dengan dua gaya berikutnya: Gaya Burung Hantu . Burung hantu adalah lambang untuk ilmu pengetahuan. Gaya ini selalu memberikan jawaban logis untuk segala hal. Dia selalu memberikan jawaban yang masuk akal sehingga pasangannya enggan untuk berdebat dengannya. Jika pasangannya tampak emosional, dia tetap tenang dan menganalisis kejadian itu. Seorang istri berkata, “Suami saya ngomong terus selama berjam-jam seolah-olah saya ini anak kecil. Meski saya diberi kesempatan bicara, tapi dia tidak mau mendengarkannya. Maka sekarang saya pilih diam saja.” Tidak ada gunanya mendebat orang yang bergaya burung hantu. Gaya Burung Onta . Jika ada bahaya, burung ini menyembunyikan kepalanya ke dalam pasir dan sudah merasa aman.  Orang yang bergaya burung onta tidak pernah berkata terus terang kepada pasangannya. Dia berkata-kata dengan berputar

Gaya Komunikasi ala Burung (1)

Jika ingin menjaga kelanggengan rumah tangga, maka Anda harus mengembangkan komunikasi yang sehat dengan pasangan Anda. Berkomunikasi itu seperti bernapas yang dilakukan terus-menerus. Jika berhenti, maka Anda akan mati. Dalam berkomunikasi, sebaiknya Anda menghindari empat gaya komunikasi yang negatif berikut ini: Gaya Merpati : gaya mengalah supaya pasangannya tidak marah. Dia berusaha selalu menyenangkan pasangannya, tidak pernah menentang dan  sering minta maaf meski hanya untuk kesalahan kecil. Biasanya dia berkata, “Terserah, yang penting kamu senang”, “Saya ikut saja keputusanmu Untuk menghindari konflik, sang “merpati” berusaha menjauh dari keintiman. Ketika Anda berusaha menyimpan pendapat, perasaan atau keinginan Anda, hubungan Anda mungkin akan adem-ayem saja, tapi itu hanya tampak di permukaan saja. Hubungan mesra tidak akan terjadi jika Anda tidak membangun komunikasi yang terbuka dan jujur. Gaya Elang : Sang elang tidak pernah mau disalahkan, bahkan akan menimpakan kesala

SMS Berantai

“Kartu GSM XXXX  sudah keluar: Rp.6/SMS; Rp. 60/menit; Rp. 600/SMS. Jika dijumlah 666, simbol antikris. Jangan dibeli. Itu kartu pendukung antikris. Sebarkan SMS ini.” Anda mungkin pernah mendapat SMS berantai seperti ini. Mengapa disebut “berantai”? Karena SMS ini berpindah dari satu pengguna HP ke pengguna lainnya. Banyak orang Kristen yang mengikuti saran untuk meneruskan SMS itu ke nomor yang lain. “Toh, aku cuma kehilangan beberapa rupiah.” Mungkin itulah pikir mereka. Tapi pernahkah kita mengecek kebenaran informasi SMS tersebut sebelum mengirimkannya. Contohnya, pada isi SMS di atas, apakah kita benar-benar yakin bahwa operator seluler itu memang pendukung antikris? Jika informasi itu tidak akurat atau kita tidak yakin akan kebenarannya, maka kita ikut serta dalam dosa kebohongan. Kita telah menyebarkan fitnah. Kami pernah menjadi korban SMS berantai. Setelah gempa tahun 2006, beredar SMS: “Mohon dukungan doa, pdt. Pelangi [istri saya] belum diketahui keadaannya. Sampai sekarang

Andalkan Allah

Dalam doa terakhir Yesus ini terungkap seluruh keintiman relasi-Nya dengan Bapa. Lewat kata-kata ini, Yesus menyatakan penyerahan diri-Nya yang total (sebagai manusia) kepada Allah. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. (Lukas 23:46) Kata-kata ini merupakan kutipan dari Mazmur 31:6. dalam konteks aslinya, seruan ini disampaikan Pemazmur yang meminta pembebasan dari musuh. Dia mengandalkan Allah. Ayat ini biasa diucapkan di kalangan Yahudi sebagai doa pendek pada malam hari sebelum tidur. Mereka menganggap tidur itu semacam dengan kematian. Itu sebabnya, sebelum tidur mereka menyerahkan nyawa mereka kepada Allah. Mereka percaya bahwa besok pagi mereka akan bangun lagi karena Allah membuat nyawa/roh mereka bekerja kembali lagi. Mereka mengandalkan Allah. Yesus mengucapkan “doa tidur” ini sebab tahu bahwa Dia akan bangun lagi, pada hari ketiga. Dia mengucapkan kata-kata ini dengan

Sudah Selesai

Dalam dua ucapan sebelumnya, terdapat nada kegetiran. Yesus merasa ditinggalkan oleh Bapa-Nya dan mengalami kehausan. Namun dua ucapan terakhir-Nya memiliki nada kemenangan. Berabad-abad yang lalu, para nabi telah menubuatkan penderitaan yang akan dialami oleh Mesias. Dia berasal dari keturunan perempuan (Kej. 3:15) dilahirkan dari “seorang gadis” (Yes. 7:14-BIS). Nubuatan juga mengatakan bahwa Dia berasal dari keturunan Abraham (Kej. 22:18) dan Daud(2 Sam. 7:12,13). Hal ini digenapi Yesus seperti tertulis dalam Matius 1:1 dst. Menurut nubuat, Dia sudah diberi nama sebelum lahir(Yes. 49:1), dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea (Mik. 5:2). Para nabi juga menubuatkan bahwa Dia akan diungsikan ke Mesir, tapi kembali lagi ke Palestina. Pemazmur menubuatkan Dia akan menenangkan badai dan angin ribut (Mzm. 107:29). Nabi Zakaria menubuatkan Yesus akan masuk ke Yerusalem dengan dielu-elukan orang banyak (Zak. 9:9). Menurut Yesaya, Dia akan dihina dan menderita sengsara (Yes. 53:3) dan ditolak

Aku Haus

Ucapan Aku haus ini menunjuk pada dua ayat Mazmur. “Kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku” (22:15) dan  “ Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam” (69:2). Dalam Markus 15:23 diceritakan Yesus menolak anggur bercampur mur yang diberikan kepada-Nya. Campuran ini dapat digunakan untuk meringankan rasa sakit. Yesus telah menetapkan hati untuk mati dengan pikiran yang jernih. Namun ketika diberi anggur asam, Yesus menerimanya. Anggur asam adalah minuman pahit yang biasa diminum oleh pekerja di ladang dan para tentara dari kelas rendah. Tentara Romawi yang berasal dari Italia merasakan udara yang sangat panas di Israel. Karena itu, ketika menjalankan tugas penyaliban itu, mereka membawa bekal air minum, yaitu air putih yang dicampur dengan anggur asam. Ucapan Yesus ini menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya Allah yang sejati, tetapi juga manusia yang sejati.

Test Post from Tetirah

Test Post from Tetirah http://renungan.purnawan.web.id

Hubungan Akrab

Hubungan Bapa dengan Anak-Nya itu sangat erat. Sebanyak dua kali Bapa telah mendengarkan suara-Nya bahwa Dia mengasihi Yesus. Yang pertama kali pada pembaptisan Yesus (Mrk. 1:11). Yang kedua ketika Yesus dimuliakan di atas gunung (Mrk. 9:7). Yesus pun sangat mengasihi Bapa-Nya, sehingga Dia senantiasa melakukan kehendak-Nya. Kepada murid-murid-Nya, Dia memberitahukan bahwa “makanan-Nya” adalah melakukan kehendak Bapa (Yoh. 4:34). “ Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri… sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku” (Yoh. 5:30). Dalam Yohanes 14:31, dengan jelas Yesus berkata bahwa ia mengasihi Bapa: “ Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku.” “ Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15:34) Dengan mengetahui hubungan y

Berjalan di Taman

Penyaliban Yesus bersama dengan dua penjahat adalah sebuah kesengajaan. Para penguasa hendak menghina Yesus dengan menciptakan kesan bahwa Dia sederajat dengan para pelaku kriminal. Alkitab tidak mencatat nama kedua penjahat yang ada di kedua sisi Yesus ini, namun ada perbedaan sikap di antara mereka. Penjahat yang satu menghujat Dia, tapi penjahat yang lain mengakui Yesus sebagai Allah. Bisa jadi, penjahat ini bersikap “baik” kepada Yesus karena berada dalam situasi terdesak. Mungkin dia berpikir, “ Toh tak ada ruginya untuk meminta tolong kepada orang yang mengaku sebagai Allah. Siapa tahu, Dia memang Allah.” Tidak ada yang tahu motivasinya yang sesungguhnya. Namun jika mempertimbangkan tanggapan Yesus, penjahat ini memiliki niat yang baik. Yesus tentu mengenal isi hati penjahat ini. Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”  Kata “Firdaus” berasal dari bahasa Persia. Artinya “ sebuah taman yang

Ampunilah Mereka

Nats bacaan ini merupakan salah satu dari 7 Ucapan Yesus di Kayu Salib. Ucapan Yesus yang pertama ini berkaitan dengan pengampunan. Pengampunan merupakan salah satu tema utama dalam pengajaran-Nya. Dia pernah mengajarkan itu kepada murid-murid-Nya untuk mengasihi musuh dan mendoakan mereka (Mat 5:44). Kini, ketika berada pada situasi yang sesungguhnya, Yesus tetap konsisten pada ajaran-Nya itu. Dia tidak membalas kejahatan itu, tetapi justru memintakan pengampunan bagi orang yang telah menganiaya Dia. Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. (Lukas 23:34) Pada saat tubuh-Nya telah dipecah-pecahkan dan darah-Nya ditumpahkan, pada saat itulah Yesus bertindak sebagai Perantara antara Allah dan manusia dengan berdoa: “Bapa, ampunilah mereka….” Doa ini diucapkan pada momentum yang sangat pas, karena lewat pengorbanan Yesus di kayu salib, Allah memberikan pengampunan. Hubungan antara manu

Menangisi Yesus

Sejumlah besar orang yang gemar akan sensasi menggabungkan diri dengan rombongan yang berjalan menuju Golgota. Ada kemungkinan mereka berada dalam rombongan besar ini hanya karena memuaskan rasa ingin tahu saja, bukan karena bersimpati pada Yesus. Namun di antara kerumunan ini terdapat sejumlah perempuan, yaitu penduduk Yerusalem (namun bukan perempuan seperti tertulis pada ayat 49). “Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia.” (Lukas 23:27) Mereka menangisi dan mengaduh, sesuai dengan adat perkabungan di kalangan orang Yahudi. Ungkapan menangisi (Aslinya: memukul-mukuli dadanya ) muncul juga dalam kisah pemungut cukai (Luk. 18:13). Ini sebuah tanda berkabung dan keprihatinan. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!” (ay. 28). Yesus pernah menangisi Yerusalem yang menolak Dia (Luk. 19:41). Kini, orang-orang yang per