Ten Commandment for Marriage

Alexander Pope, penyair abad ke-18 berkata, “Berbahagialah orang yang tidak berharap karena mereka tidak pernah dikecewakan.” Pikiran yang logis. Semakin besar harapan orang itu, semakin besar kekecewaan yang didapatkan jika harapan itu tak terwujud. Ketika memasuki gerbang pernikahan, banyak pasangan menggenggam harapan yang tinggi. Akan tetapi setelah lewat bulan madu, bayang-bayang harapan itu seolah semakin menjauh. Banyak pasangan yang akhirnya memilih menyerah dan berhenti mengejar harapan itu.
Penelitian yang dilakukan Ted Huston, Ph.D dari A.S. menemukan bahwa pasangan yang berhasil melewati dua tahun pertama perkawinan, mereka lolos pula pada tahun-tahun berikutnya. Waktu selama 48 bulan ini merupakan masa-masa kritis untuk mengembangkan pola hubungan. Meraka membicarakan, mendiskusikan dan menyepakati cara menjalani hidup bersama-sama. Misalnya bagaimana mengelola keuangan, pembagian kerja di rumah, cara menghabiskan waktu luang bersama, memehami perbedaan masing-masing, belajar menghadapi konflik dan mmebicarakan masing-masing. Semua itu berlangsung dengan masing-masing berpikir positif dan respek terhadap pasangan.
Salah satu kiatnya adalah dengan mematuhi “Sepuluh Perintah Pernikahan” ini:
1.      Tetap memelihara rasa cinta dan kedekatan.
2.      Tidak mementingkan diri sendiri.
3.      Menyediakan waktu luang bersenang-senang berdua.
4.      Tidak menghindari konflik.
5.      Respek terhadap pasangan.
6.      Jangan terlalu tenggelam dalam aktivitas lain.
7.      Jangan boros.
8.      Jangan terlalu bergantung pada orangtua.
9.      Bicarakan secara terbuka jika ada masalah seksual.
10.  Memetok harapan yang masuk akal.

“Segala sesuatu menjadi lebih baik jika Anda berharap yang terbaik.” Demikian tulis Norman Vincent Peale. Berharaplah tinggi pada pernikahan Anda, dan wujudkanlah bersama-sama di bawah anugerah kekuatan dari Tuhan. (Wwn/Chic)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nada yang Indah

Lingkaran Ulat Bulu

Non Proletisi