Apakah Reality Show Sungguh-sungguh Terjadi?



Reality Show adalah genre acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan aktor atau aktris. Acara realitas biasanya menggunakan tema seperti persaingan, kehidupan sehari-hari seorang selebritas, pencarian bakat, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak, atau yang perbaikan kondisi barang kepemilikan seperti perbaikan rumah atau perbaikan mobil. 
Acara jenis ini semakin marak dan sedang digemari di Indonesia. Hampir semua stasiun TV swasta berlomba-lomba membuat acara ini. Sebut saja: Toloooong, Bedah Rumah, Temehek-mehek, Take Me Out, Masihkah Kau Mencintaiku?, Uya memang Kuya, Realigi, dll.
Benarkah acara ini dibuat tanpa skenario dan diperankan oleh pelaku yang bersangkutan? Seorang blogger menyingkapkan kebohongan salah satu reality show.  Dalam acara itu ditampilkan seorang perempuan yang sudah 3 bulan ditinggalkan pacarnya yang bernama Ruly.
Bak detektif, pembawa acara ini ikut menguntit Ruly. Mereka memergoki Ruly sedang berjalan dengan seorang wanita setengah. Tiba-tiba, si Blogger ini merasa mengenali tokoh Ruly ini diperankan oleh temannya. Antara percaya dan tidak percaya, dia menghubungi si pemeran Ruly.
“Hehehehehehe…itu bohongan kok," jawab temannta dengan enteng, " Semua sudah di-set. Mulai dari cerita sampai pemain-pemainnya. Kalau kamu mau ikutan juga, entar aku daftarin, kebetulan aku kenal sama team reality shownya nanti biar mereka seting ceritanya kayak apa.”
Cerita yang serupa ditulis oleh blogger dengan nickname fanaticanz. Dia juga mengenali salah satu pemeran dalam acara reality show itu temannya. Namanya Putri. Dia menulis, "Gua berani tangung jawab kalo semua itu adalah penipuan!Itu lo, yang pelapornya namanya Putri itu gua kenal banget! Teramat kenal malah."
Dia memastikan semua hal yang ditayangkan adalah kebohongan, mulai dari bapak Putri yang anggota TNI, rumahnya, hingga pacarnya. Ketika menghubungi si Putri, lagi-lagi si Putri menjawab dengan enteng, "Ah memang dari dulu banyak reality show yang berdasarkan skenario. Gue nggak pernah ngelapor. Pokoknya, tahu-tahu datang ajakan syuting, gue pikir sinetron. Eh nggak taunya reality show. Gue terima aja."
Setali tiga uang juga ditulis oleh Seti. Dia mengenali pemeran Tiwi dalam sebuah acara reality show sebagai temannya.  Nama aslinya bukan Tiwi. Dalam acara itu, Tiwi adalah penjual mie ayam bersama ibunya. Mereka bertemu dengan saudaranya yang sudah berpisah bertahun-tahun. Mereka bertangis-tangisan.
Ketika pemeran Tiwi muncul, Seti langsung mengenali temannya itu. Dia sangat yakin kisah hidupnya tidak seperti dalam reality show. "Dia memang pernah aktif di teater ketika SMA dulu," tulis Seti,"...dan kalau disuruh akting nangis-nangis gitu, dia memang pinter."
Memang tidak semua acara reality show melakukan rekayasa seperti ini. Masih ada yang menggarapnya sesuai dengan realitas sebenarnya. Itu sebabnya kita perlu kritis dalam memilih dan memilah tayangan reality show yang akan kita tonton. Jika kisahnya terlalu dramatis dan berkesan it's too good to be true, maka sebaiknya kita waspada.
Sebagai bahan permenungan: Jika acara itu diputar seminggu sekali, maka kru acara tersebut punya waktu 7 hari untuk membuat paket acara tersebut. Jika dikurangi 1 hari untuk penyuntingan, maka mereka tinggal punya 6 hari. Mereka mulai bekerja dengan mencari kisah yang akan diangkat. Mereka menyaring dari berbagai "pelapor" yang masuk. Setelah itu menghubungi si "pelapor" untuk mengajaknya rekaman. Paling tidak butuh 1 hari. Sehingga hanya bersisa 5 hari untuk pengambilan gambar.
Jika acara tersebut dikemas bak detektif, seperti kuntit-menguntit, membuntuti, menangkap basah, sampai dengan acara kejar-kejaran, maka 5 hari saja tidak cukup. Bisa jadi, sang target yang akan dikuntit justru tidak pergi kemana-mana selama berhari-hari. Itu sebabnya, kalau hanya mengandalkan adegan yang "alami" maka acara ini tidak dapat ditayangkan pada waktunya.
Maka patut diduga, acara reality show tersebut tidak benar-benar reality.  Setidaknya dalam penggambaran adegan dan pemerannya. Sebagai bukti, ketika adegan kejar-kejaran, suara orang yang mengejar dan dikejar terdengar dengan jelas. Kemungkinan besar, mereka telah mengenakan microphone wireless. Itu artinya, mereka memang dipersiapkan untuk adegan kejar-kejaran itu. Demikian juga ketika masuk rumah seseorang, sang pemilik rumah tidak terganggu sama sekali dengan kehadiran kamera dan crew-nya. Jika adegan itu memang alami, si pemilik rumah ini akan lebih dulu menanyakan maksud kedatangan mereka. Masih banyak lagi keganjilan seputar reality show.
Lalu kita sebaiknya bagaimana? Tempatkanlah acara ini semata-mata sebagai hiburan semata. Jangan terlalu banyak percaya bahwa reality show itu sungguh-sungguh terjadi tanpa rekayasa
Diolah Purnawan dari berbagai sumber:
·         http://deneepetroza.blog.friendster.com
·         http://fanaticanz.wordpress.com
·         http://blog.its.ac.id/seti/
·         Wikipedia






Baca renungan lainnya di http://family-devotion.blogspot.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Non Proletisi

Nada yang Indah

Lingkaran Ulat Bulu