SMS Berantai

“Kartu GSM XXXX  sudah keluar: Rp.6/SMS; Rp. 60/menit; Rp. 600/SMS. Jika dijumlah 666, simbol antikris. Jangan dibeli. Itu kartu pendukung antikris. Sebarkan SMS ini.”


Anda mungkin pernah mendapat SMS berantai seperti ini. Mengapa disebut “berantai”? Karena SMS ini berpindah dari satu pengguna HP ke pengguna lainnya. Banyak orang Kristen yang mengikuti saran untuk meneruskan SMS itu ke nomor yang lain. “Toh, aku cuma kehilangan beberapa rupiah.” Mungkin itulah pikir mereka.


Tapi pernahkah kita mengecek kebenaran informasi SMS tersebut sebelum mengirimkannya. Contohnya, pada isi SMS di atas, apakah kita benar-benar yakin bahwa operator seluler itu memang pendukung antikris? Jika informasi itu tidak akurat atau kita tidak yakin akan kebenarannya, maka kita ikut serta dalam dosa kebohongan. Kita telah menyebarkan fitnah.


Kami pernah menjadi korban SMS berantai. Setelah gempa tahun 2006, beredar SMS: “Mohon dukungan doa, pdt. Pelangi [istri saya] belum diketahui keadaannya. Sampai sekarang belum bisa dihubungi.”  Anehnya, tidak satu pun orang yang menanyakan langsung pada kami. Padahal telepon dan HP kami selalu bisa dihubungi.


“Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.” (Amsal 30:8)


Teknologi SMS itu ibarat pisau. Bisa digunakan untuk hal yang baik atau jahat. Ada seorang Kristen yang rajin mengirim kata-kata motivasi lewat SMS. “Pelayanan” ini ternyata memberi berkat pada orang lain [Purnawan]


 


SMS from God: Manfaatkanlah teknologi untuk mendukung pelayanan. Teknologi adalah berkat Tuhan juga.



SMS Berantai

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Non Proletisi

Nada yang Indah

Lingkaran Ulat Bulu