Pelajaran dari Anak Saya [2]

Suatu hari, kami sekeluarga berjalan-jalan di pusat perbelanjaan untuk mencari jaket jeans bagi Kirana,  anak kami. “Kamu pilih yang mana?” kata saya pada Kirana.


“Kirana mau jaket yang ada bulunya,”jawab Kirana sambil menunjuk jaket yang ada bulunya di bagian leher dan ujung lengannya. Warnanya merah muda alias pink! Aduh nak, pilihan warnamu kok norak banget, sih! Kata saya dalam hati.


“Pilih ini saja ya, yang bulunya berwarna putih,” bujuk saya. Menurut saya model dan warnanya lebih elegan.


Nggak mau. Kirana mau yang ini saja,” katanya sambil mencoba jaket pink itu. Kami pun membayar jaket itu. Jaket itu langsung dipakai Kirana dengan bangga dan percaya diri. Kami justru yang malu, karena menjadi pusat perhatian di pusat perbelanjaan itu.


Lalu tiba-tiba suara batin saya berkata, “Kamu itu bagaimana sih? Kamu tadi menyuruh anakmu memilih sendiri. Tapi begitu anakmu menentukan pilihannya, kamu menolaknya. Itu namanya tidak konsisten.”


Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka. Ia berkata: “Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” (Matius 20:32)


Para orangtua kadang merasa benar sendiri dan tidak mau mendengar suara anak. Namun dalam bacaan Alkitab, kita belajar bahwa Yesus mau mendengar dua orang buta. Sebagai Tuhan, Dia pasti tahu apa yang terbaik bagi mereka. Meski begitu, Dia tetap ingin mendengar keinginan mereka.


Sepanjang keputusan itu tidak menyangkut prinsip iman dan tidak membahayakan hidupnya, maka kami berusaha memberi kesempatan kepada anak untuk menentukan pilihannya sendiri. Inilah pelajaran yang didapat dari anak saya [purnawan].


 


SMS from God: Bagaimana anak dapat membuat keputusan dengan baik jika dia tidak pernah diberi kesempatan untuk belajar melakukannya?



Pelajaran dari Anak Saya [2]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Non Proletisi

Nada yang Indah

Lingkaran Ulat Bulu