Kekerasan Anak


“Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” (Kolose 3:18-25)

Ismi didapati tetangganya sedang dikurung di kamar mandi oleh orangtua asuhnya.  Tidak itu saja. Selain kekerasan secara fisik, Ismi juga mendapat kekerasan secara mental.
Inilah salah satu potret kekerasan yang terjadi pada anak. Ada bermacam-macam kekerasan terhadap anak. Selain kekerasan fisik, ada juga kekerasan mental, kekerasan seksual, kekerasan ekonomi, kekerasan secara hukum dll. Mengapa terjadi kekerasan terhadap anak? Karena orangtua menganggap anak sebagai milik mereka.  Sebagai pemilik, maka mareka bebas melakukan apa saja terhadap "benda-benda miliknya" itu. Maka anak sering menjadi objek kekerasan dari orangtua.
Pandangan seperti ini dikritik secara halus oleh Kahlil Gibran. Di dalam  The Prophet  (1923) ‘On Children’, dia menulis puisi yang terjemahan bebasnya sebagai berikut:
Anak-anakmu, bukanlah milikmu,
mereka adalah anak-anak kehidupan.
Mereka lahir melalui kamu, tapi tidak berasal dari kamu.
Mereka bersama-sama kamu, tapi bukan milikmu.
Kamu bisa memberi kasih pada mereka, tapi bukan kehendakmu,
Karena mereka punya kehendak sendiri.
Kamu bisa mengurung tubuhnya, tapi tidak untuk jiwanya.
Keluarga Blessing, mari kita memeriksa diri.  Apakah ada kekerasan terhadap anak di dalam keluarga kita? Apakah kita sering memaksakan kehendak pada anak-anak? Melontarkan kata-kata kasar? Merendahkan martabatnya? Apakah kita mengistimewakan anak yang satu, tapi mengabaikan anak yang lain?
 "Kekerasan itu seperti virus. Dia menular dan berkembang semakin banyak dan semakin kuat. Serum penangkal virus ini bermerek: KASIH".






Baca renungan lainnya di http://family-devotion.blogspot.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Non Proletisi

Nada yang Indah

Lingkaran Ulat Bulu