Seulas Senyum Tulus
“Dengan jawaban yang ramah,
kemarahan menjadi reda; jawaban yang pedas membangkitkan amarah.” (Amsal 15:1
BIS)
Saya
dan isteri pergi ke luar kota . Dalam perjalanan itu, kami mampir di sebuah
rumah makan untuk makan siang. Namun
menit demi menit menunggu, makanan yang kami pesan tak kunjung datang. Kami
mulai gelisah. Perut saya mulai berontak. Keringat dingin mulai terasa. Ini
gejala-gejala maag saya akan kumat.
Setelah
bosan menunggu, akhirnya masakan itu datang juga. Meskipun dengan perasaan
kesal saya menyantap juga makanan itu.
Namun dalam hati, saya sudah merasa kapok dan memutuskan untuk tidak
akan mengunjungi warung ini lagi. Usai membayar di kasir, kami berjalan melewati
bangunan joglo. Di situ terlihat beberapa kru stasiun TV yang sedang menyiapkan
peralatan untuk shooting. Rupanya,
pemilik rumah makan ini adalah seorang penyanyi yang lumayan kondang. Saya
melihat dia sudah berdandan rapi dan sedang terlihat berbincang serius dengan
kru TV.
Ketika
melihat kami, dia menghentikan pembicaraannya untuk menyapa kami.
"Terimakasih sudah berkunjung ke rumah makan ini," katanya ramah,
dengan senyum tulus, tak dibuat-buat. Saya membalas senyuman sambil
menganggukkan kepala.
"Mau
pergi ke mana?"tanyanya. "Ke Cangkringan" jawab isteri saya. "Oh,
kalau begitu selamat jalan. Jangan lupa mampir kembali," katanya ramah.
Hmmmm......seulas
senyum itu telah merubah pandangan kami. Keramahan pemilik rumah makan itu
telah mengikis kesan miring tentang lambatnya penghidangan masakan di sana . Ketulusan seperti itu
tidak membutuhkan biaya, tapi dapat mendatangkan untung yang tak terduga.
:"Tersenyumlah, dan dunia
akan tersenyum balik kepada Anda!"
Baca renungan lainnya di http://family-devotion.blogspot.com/
Komentar
Posting Komentar