Ketaatan Yusuf
Perikop: Matius 1:18-25
Nats: “Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,” (Matius 1:24)
Di dalam
masyarakat Yahudi, ada tiga tahapan pernikahan. Pertama, perjodohan, yang
biasanya terjadi ketika pasangan itu masih anak-anak. Kedua, pertunangan, berupa kesepakatan formal
di antara kedua keluarga mempelai. Pada tahapan ini, perjodohan itu bisa
dihentikan bila sang gadis menolak melanjutkan ke jenjang berikutnya. Tapi jika
sama-sama sepakat, maka perjanjian yang dibuat itu bersifat mengikat. Hubungan
hanya bisa diakhiri dengan perceraian.
Masa
pertunangan ini adalah satu tahun, dan mereka sudah dinyatakan sebagai suami
isteri meskipun belum hidup bersama. Maria dan Yusuf berada pada tahap ini.
Yusuf adalah
orang yang “tulus hati” atau orang yang selalu “menaati hukum agama” (versi
BIS). Menurut hukum agama bila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang
sudah bertunangan—jika ia berhubungan seks dengan seorang laki-laki, maka ia
harus dilempari batu hingga mati (Ul.22:23). Dengan mengandung bayi Yesus,
Maria menghadapi ancaman hukuman mati. Tapi ada cara lain untuk mengatasi
masalah ini, yaitu dengan diam-diam menceraikannya (Ul.24:1-2). Yusuf bermaksud
menempuh cara yang kedua ini.
Ketika disapa
oleh Allah, Yusuf berubah pikiran. Dia memilih taat pada rencana dan perintah
Allah. Ini bukan tanpa risiko, sebab
tidak mustahil Yusuf mendengar pergunjingan omongan orang lain: “Maria itu
wanita nakal”, “Mereka berhubungan seks sebelum waktunya”, “Mereka telah
berdosa.” Taat pada Tuhan itu bukan perkara mudah, tapi ujungnya adalah
kemuliaan [Purnawan].
SMS
from God:Taat pada hukum agama itu hal baik, tapi jangan sampai
menghalangi kita untuk taat pada Allah.
Baca renungan lainnya di http://family-devotion.blogspot.com/
Komentar
Posting Komentar