Tempat Para gembala
Perikop: Lukas 2:8-20
Nats: “Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan
memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat,
semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.” (Lukas 2:20)
Apabila
mendengar kata “gembala”, kita langsung membayangkan orang yang lemah lembut,
penuh kasih sayang memelihara domba, mengobati yang terluka dan mencari yang
tersesat, kemudian mendukung di atas bahunya. Berdasarkan isi Alkitab, kata “gembala”
menimbulkan kesan baik. Bukankah dua tokoh terbesar di Israel,-- yakni Musa dan
Daud--, adalah penggembala juga?
Tapi di
kalangan Yahudi pada zaman Yesus, para gembala adalah orang yang-orang yang
kasar dan tidak taat pada peraturan. Para gembala tidak dihormti pimpinan
Yahudi, karena mereka “tidak mempraktikkan agama”. Di antaranya, tidak pernah
berziarah ke Yerusalem. Di daerah-daerah yang kekurangan air, para gembala
sering mengabaikan pembasuhan yang diwajibkan oleh agama. Mereka juga sering sengaja
menggembalakan domba di ladang orang lain. Itu sebabnya, imam Yahudi menganggap
mereka tidak dapat dipercaya sama sekali, sehingga mereka dilarang menjadi
saksi di pengadilan.
Namun mata
Allah berbeda dengan mata manusia. Allah justru memberikan kabar baik tentang
kedatangan Juruselamat ini kepada para gembala. Ketika para gembala dilarang
menjadi saksi di pengadilan, Allah justru menjadikan mereka sebagai saksi
pertama dari Kristus!
Semangat
Natal mengajak kita untuk memedulikan orang-orang yang kurang beruntung dan
tersisih. Gereja kami pernah mengadakan aksi sosial dengan KEBAYA (Keluarga
Besar Waria Yogyakarta). Mereka mengaku merasa senang karena ada yang mau
menyapa dan peduli. Adakah kaum “gembala” di sekitar Anda? [Purnawan].
SMS
from God:Allah tidak mencari orang yang merasa sudah saleh. Ia menyapa
orang-orang yang merasa tak layak dan paling berdosa.
Baca renungan lainnya di http://family-devotion.blogspot.com/
Komentar
Posting Komentar