Kebohongan itu Menular
1 Petrus 3:8-12
"Orang yang mau menikmati hidup dan mau mengalami
hari-hari yang baik, harus menjaga mulutnya supaya tidak membicarakan hal-hal
yang jahat dan tidak mengucapkan hal-hal yang dusta.” (1 Petrus 3:10--BIS)
Ketika mengantar ibunya, Ben dihentikan Polisi karena melanggar rambu.
"Coba saya lihat surat-suratnya," ujar pak Polisi. Ben menunjukkan
SIM dan STNK mobil.
"Lho, alamatnya di asrama, siapa yang polisi?" tanya pak Polisi.
"Oh yang polisi bapak saya, Pak," jawab Ben berbohong. Padahal,
alamat pada SIM milik Ben hanyalah alamat pinjaman. Ayahnya sendiri adalah pengusaha.
Pak Polisi lantas mengalihkan pertanyaannya kepada Ibunya.
"Anda ibunya?"
"Ooh bukan Pak, saya tetangganya," jawab sang ini berbohong.
Setelah beberapa lama terdiam, polisi itu membiarkan Ben jalan. Masalah tidak
selesai. Ben tiba-tiba mempertanyakan sikap ibunya yang tidak mau
mengakuinya sebagai anak. Dengan terbata-bata Elis menerangkan, "Kalau
tadi mengaku sebagai ibumu, nanti kalau ditanya soal ibu-ibu Bayangkari
[organisasi istri polisi], kan ibu enggak
bisa jawab," kata sang ibu.
***
Orang yang menipu tidak akan dapat menikmati hidupnya. Dia tidak akan mengalami
hari-hari yang baik. Meski bisa menyembunyikan kebohongannya tapi dia akan
tetap dikejar-kejar perasaan bersalah. Hati kecilnya akan selalu was-was karena
takut kebohongannya terbongkar.
Ketika orang lain mencium aroma kebohongan, maka dia akan membuat
kebohongan lain untuk menutupi kebohongan yang lama. Keadaannya akan semakin
kompleks dan rumit karena setiap kebohongan akan beranak-pinak berlipat-lipat.
Hingga akhirnya dia tidak dapat mengendalikan komplikasi dari kebohongannya.
[Purnawan]
SMS from God: Kebocoran besar biasanya didahului dengan kebocoran
kecil yang tidak segera diperbaiki. Demikian juga kebohongan.
Baca renungan lainnya di http://family-devotion.blogspot.com/
Komentar
Posting Komentar