Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Semua Pekerjaan adalah Ladang Pelayanan

Cara pandang atas dunia kerja modern ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran Yunani yang berusia hampir 3000 tahun. Pemikiran mereka berpusat pada manusia dan berusaha menjauhkan diri dari Allah. Protragoras melemparkan pepatah bahwa, “manusia adalah tolak ukur segala hal.” Pola pikir orang Yunani tidak dapat dipisahkan dari konsep “dualisme”, yaitu gagasan tentang tingkatan yang lebih tinggi dan lebih rendah. Tingkatan lebih tinggi disebut “bentuk” yang terdiri dari  ide, gagasan dan pikiran yang tidak pernah mati. Sedangkan tingkatan yang lebih rendah bersifat rendah dan sementara. Hal yang bersifat rohani dianggap lebih mulia dan lebih tinggi daripada hal bersifat jasmani. Dari sini muncullah pemisahan bidang pekerjaan antara yang sekuler dan rohani. Pekerjaan duniawi atau sekuler lebih rendah daripada pekerjaan rohani. Pandangan ini menyebabkan orang yang bekerja di sektor biasa atau pemerintah merasa belum melayani Tuhan. Mereka menganggap pekerjaannya itu masih kalah berharga di ma

Sungguh-sungguh

Lima pegawai dinas pajak daerah di China dijatuhi skors karena ketahuan tidur atau membaca koran saat berlangsung konferensi jarak jauh dengan atasan mereka di Beijing. Ironisnya, isi konferensi jarak jauh itu adalah soal memberantas kemalasan saat jam kerja. Kantor berita Xinhua melaporkan, kelima orang itu menempati posisi penting di dinas pajak Provinsi Shanxi, China utara. Tidak dijelaskan berapa lama skors yang mereka terima. Mereka seharusnya berpartisipasi dalam pertemuan jarak jauh itu sebagai bagian dari kampanye mendorong peningkatan disiplin kerja. Kampanye itu digelar untuk mengingatkan pegawai negeri dan pejabat pemerintah bahwa mereka tak boleh meninggalkan pos mereka, bermain kartu atau komputer, atau ”menghadiri aktivitas rekreatif” selama jam kerja. Banyak orang bekerja karena keterpaksaan. Kepada jemaat di Kolose, Paulus menasihati supaya mereka melakukan segala sesuatu dengan segenap hati. Kata “segenap hati” dalam bahasa aslinya adalah ek psuches yang berarti “bera

Permainan

Dua anak Amerika menggunakan pistol mainan untuk merampok permen dan keripik dari rekan-rekan sekelas mereka.  Kelima korban tengah berjalan pulang saat salah satu anak mencabut pistol mainan dan menodong mereka.Para korban yang berusia antara 7 dan 11 tahun mengaku mengenal orang yang merampok mereka. “Pelaku menodongkan pistol ke kepala salah satu korban mereka dan bertanya, ‘Mana uangnya?”Kedua bandit kecil itu mengambil permen dan keripik kentang dari tas para korban mereka Alat permainan dapat membahayakan anak-anak. Untuk itu kita perlu cermat dalam membeli mainan. Misalnya, apakah suaranya terlalu bising? Apakah cat-nya mengandung racun? Apakah ukurannya terlalu kecil sehingga mudah tertelan anak-anak? Waktu kecil, ayah saya menemukan sebutir peluru. Didorong rasa ingin tahu, dia membakarnya dan meledak. Untung, proyektil peluru lewat di antara kedua kakinya. “Janganlah segan-segan mendidik anakmu. Jika engkau memukul dia dengan rotan, ia tak akan mati,” (Amsal 23:13 BIS) Bermai

Kebiasaan

Sarah sudah lama menunggu sebelum akhirnya ada orang yang akan mendonorkan ginjalnya. Namun dia tidak menyangka yang mendonorkan ginjal adalah Melody, putrinya sendiri. Tanpa memberitahu ibunya, Melody (18 tahun) pun langsung menjalankan tes di rumah sakit untuk sebelum mendonorkan ginjalnya. “Ini merupakan pengorbanan dari seorang remaja, saya hampir tak mempercayai ini. Saya tidak pernah merasakan rasa cinta dari putri saya yang seperti ini,” ujar Sarah. Mengapa Melody melakukan itu? Melody mengatakan, dirinya teringat akan ibunya yang saat itu mengandung adiknya, Ernie. Perjuangan pun dihadapi ibunya saat mengandung. Setelah Ernie lahir, ibunya kembali mengalami masalah yaitu pada ginjalnya. “Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib.” (Mazmur 71:17) Patut mendapat pujian di sini tidak hanya Melody saja, tapi ibunya juga. Dia berhasil mendidik anaknya untuk mau peduli pada orang lain. Sikap hidup seperti ini tidak

Mengukur Dua Kali

Seorang wanita Amerika tertabrak mobilnya sendiri ketika mencoba menolong seorang pria tua mengejar anjingnya yang melarikan diri. Anjing terrier milik Jack Russel, mengunyah tali sebelum berhasil melarikan diri. Perempuan itu pun langsung menolong Russel yang saat mengejar anjingnya. Saat menolong Jack, perempuan itu tampaknya lupa menarik rem tangan saat memarkir mobilnya. Mobil itu pun langsung meluncur dengan pintu terbuka dan menghantamnya. Perempuan itu terluka ringan dan mulai membaik. “Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan” (Amsal 21:5) Sebuah kisah konyol, sekaligus tragis. Kita pun mungkin pernah mengalami hal serupa. Penyebabnya karena kita tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu. Kita tidak menyediakan waktu yang cukup untuk menyusun rencana dengan baik. Akibatnya, keinginan kita tidak tercapai dengan optimal. Bahkan bisa jadi malah gagal total. Sebuah kesuksesan dimulai dari perencanaan

Semangat yang Patah

Para peneliti mengatakan bahwa walaupun pola hidup berubah lebih sehat seperti, makan makanan yang bergizi, memulai olah raga, tidur 6-8 jam setiap malam, berpantang pada alkohol, rokok dan obat-obat berbahaya lainnya, tapi jika tingkat stress tetap tinggi, maka untuk menjadi lebih sehat sangatlah lambat. Dalam versi New King James , “semangat yang patah”, berarti “roh/jiwa yang hancur.” Kata ini digunakan untuk melukiskan keadaan manusia yang telah kehilangan gairah hidup. Dia merasakan kesusahan, kekecewaan, kekuatiran, kepedihan hati, kepahitan dll. Terhadap situasi ini, raja Salomo menyebutkan akibatnya, yaitu dapat mengeringkan tulang alias mengganggu kesehatan tubuh.  “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” (Amsal 17:22) Apa yang kita pikirkan dan rasakan, dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. E G White, seorang penulis terkenal menulis: “Penyakit pikiran terjadi dimana-mana. Sembilan dari sepuluh penyakit yang diderita manusia

Daya Pengampunan

Seorang pria yang mengaku mencuri di toko Seattle Sears berpuluh-puluh tahun lalu mengembalikan uang curian dengan bunganya. Pria paruh baya memberikan sebuah amplop yang ditujukan kepada manajer toko. “Pada tahun 40-an, saya mencuri uang dari mesin kasir sejumlah USD20. Saya ingin mengembalikan uang tersebut sebesar USD100,” demikian tulis surat tersebut Yang menarik, sebenarnya pihak toko memergoki aksi pencurian itu, tapi mereka memutuskan untuk mengampuni dan tidak melapor polisi. Kesabaran itu tidak sia-sia. Ternyata sang pria itu mengakui kesalahannya. Uang itu pun rencananya akan diberikan untuk membantu para keluarga yang tidak mampu. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9) Mengampuni bukan sebuah saran, melainkan perintah Tuhan. Tidak mau mengampuni justru akan merugikan diri sendiri.  Dalam batin kita akan selalu tersimpan sebuah kepahitan yang merusak

Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu

Saat menjadi pelatih Manchester City, Roberto Mancini sering mendapat kritikan pedas dari Mark Hughes. Mancini adalah pelatih yang menggantikan Hughes. Meski sering dikecam, Mancini tenang-tenang saja. Ia bahkan mengaku senang dengan kritikan tersebut. “Setiap manajer memiliki metode dan perilaku sendiri. Saya menghormati setiap pendapat. Saya tidak punya masalah apapun dengan pelatih lain,” kata  Mancini kalem. Alih-alih membalas cacian, Mancini memilih untuk bekerja meningkatkan prestasi timnya. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” (Markus 2:16) Dalam pelayanan dan pekerjaan, selalu saja ada orang-orang yang ceriwis semacam ini.  Mereka gemar mengevaluasi dan mengritik hasil kerja orang lain. Yesus pernah menjadi korban orang seperti ini. Apa pun yang dikerjakan oleh Yesus, selalu dianggap s

Kekhawatiran dan Kekayaan

Seorang jutawan asal Austria mendonasikan seluruh uangnya karena uangnya tidak membuatnya bahagia. Karl Rabeder menjual perusahaannya, rumah dan mobil mewahnya, pesawat pribadinya, dan mendonasikan seluruh uangnya ke sebuah yayasan. Yayasan tersebut akan memberikan pinjaman dana kepada masyarakat di negara-negara miskin yang ada di belahan dunia ini. “Saat ini saya bahagia. Cinta, sinar matahari, dan udara segar, itulah yang saat ini membuat saya bahagia,” ujar Karl, seperti dikutip  Orange.  “Memiliki sedikit uang merupakan hal yang sangat membahagiakan bagi saya. Ketika saya melihat foto saya dahulu, saya tampak sedih,” tambahnya. “ Lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah .” (Markus 4:19) Kekhawatiran bukan hanya monopoli orang miskin . Orang kaya juga selalu khawatir tentang hartanya. Setiap hari dia memikirkan bagaimana cara mengamankan, menginvestasikan dan melipatgandakan. Di

Belas Kasihan

Biasanya pengemis akan menyimpan duitnya untuk dirinya sendiri, tapi tidak dengan Wang Zhiyou. Dia mengemis untuk disumbangkan untuk orang yang lebih membutuhkan.Pria berusia 41 ini telah mengemis selama 15 tahun dan dijuluki sebagai “Pengemis Dermawan dari Timur Laut”. Biasanya dia tinggal di satu tempat selama satu bulan hingga akhirnya pindah tempat lainnya.”Setelah satu bulan mengemis, saya langsung menyumbangkan uang tersebut kepada orang yang membutuhkan.,” ujarnya pada China Daily . Sepanjang “karirnya” sebagai pengemis, Wang sudah menyumbangkan dana sebesar Rp57 juta. “Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.” (Lukas 10:33) Dalam perikop kita, sang imam memiliki alasan yang sah untuk tidak memberikan pertolongan. Sebagai imam, dia punya tugas “konstitusional” yang besar. Demikian pula orang Lewi. Ada tugas penting yang menunggunya. Secara hukum, kedua orang ini tidak dapat

Saling Membantu

Robin Lim,seorang warga negara Amerika yang membantu ribuan warga miskin Indonesia untuk mendapatkan kehamilan dan persalinan yang sehat. Atas jasanya ini, dia dinobatkan sebagai   CNN Hero of the Year 2011 . Melalui klinik kesehatan Yayasan Bumi Sehat, wanita berusia 54 tahun ini, memberikan perawatan pascapersalinan, layanan persalinan, dan bantuan medis gratis di Indonesia.“Tiap nafas pertama bayi di bumi ini adalah perdamaian dan cinta. Tiap ibu seharusnya sehat dan kuat.Tiap kelahiran seharusnya aman dan menyenangkan.” Di dalam setiap orang tersimpan perasaan altruisme , yaitu hasrat untuk menolong orang lain. Ada bermacam-macam kadar altruisme . Ada yang menolong orang lain, disertai dengan pamrih, tapi ada juga orang yang menolong secara ikhlas. Dia tidak mengharapkan balasan apa-apa. Apapun motifnya, semangat altruisme ini perlu dikembangkan. “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.” (Efesus 4:2) Yesus menghen

Setia

Seorang perempuan yang ternyata kaya raya mewariskan harta bendanya untuk suster yang telah merawatnya. Tidak lupa, dia juga menyisihkan dana untuk kucing kesayangannya. Orang kaya murah hati yang hanya disebut nama depannya saja, Maria Assunta, memberikan warisan kepada suster dan kucingnya karena merasa tidak ada rumah penampungan hewan yang cukup baik untuk kucingnya. Maria Assunta masih muda dan belum memiliki anak ketika suaminya, pengusaha real estate, meninggal. Susternya, Stefania, mengatakan, Maria kesepian hampir sepanjang hidupnya. Empat tahun lalu, dia menyelamatkan seekor kucing hitam dari jalanan. Pengacara Maria, Il Messagiero, mengatakan, Maria menulis surat wasiat dan meninggalkan kekayaan sebesar 10 juta euro. ”Saya berjanji akan menjaga kucing itu setelah dia meninggal,” kata Stefania yang tak sadar jika pasien yang dirawatnya kaya raya. “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkar

Yohanes Pembaptis Modern

Selama berabad-abad, Allah telah menjanjikan Penyelamat kepada bangsa Israel. Sebelum itu, Allah akan mengirimkan seorang utusan yang akan menyiapkan jalan bagi Anak-Nya Allah berkata di dalam Yesaya: “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, … Ada suara yang berseru-seru: “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! ….maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya” (40:1-5). Sesuai dengan rencana itu, maka Allah mengutus Yohanes Pembaptis untuk menyiapkan jalan bagi Yesus. “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya” Sebelum kelahiran Yesus, bangsa Yahudi sudah menanti-nantikan kedatangan Mesias yang dijanjikan itu. Para nabi dan guru-guru agama telah menekankan perlunya menant

Tumbuh Alami

Dalam delapan pasal Kidung Agung, sebanyak tiga kali Salomo mengucapkan seruan agar tidak “membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya” (2:7; 3:5; 8:4). Secara keseluruhan, kitab Kidung Agung ini mengumandangkan gairah percintaan antara sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Namun demikiandia juga memperingatkan kepada anak-anak muda agar berhati-hati. Allah memang memberikan perintah kepada manusia untuk “beranak-cucu dan bertambah banyak.” Bahkan mukjizat pertama Tuhan Yesus dilakukan pada pesta perkawinan di Kana. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan seks memang diciptakan oleh Allah bagi manusia. Akan tetapi manusia harus melakukannya dengan bertanggungjawab. Manusia tidak boleh melakukannya dengan sembarangan. Janganlah dengan sengaja membangkitan dan menggerakkan cinta sebelum waktunya tiba. Sebagai orangtua, kita perlu memberikan kesadaran kepada anak-anak kita yang mulai bertumbuh dewasa. Akhir-akhir ini, ada kecenderungan peningkatan jumlah remaja yang melakukan hub

Mewariskan Iman

Apabila bicara “warisan” maka pikiran kita terbayang benda-benda berharga seperti uang, perhiasan, properti atau surat-surat berharga. Padahal ada yang lebih berharga dari semua itu yaitu warisan iman. Berulang-ulang “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (Ulangan 6:4-7). Perintah ini menekankan pentingnya untuk mengajarkan perintah Tuhan itu secara berulang-ulang, dalam setiap waktu, setiap tempat, dan setiap kegiatan. Setiap kesempatan dapat digunakan untuk mewariskan iman kepada anak. Namun pertama-tama hal yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memiliki iman lebih dahul

Harta dan Kekuasaan

Allah menegur umat-Nya, baik di Israel maupun Yehuda yang sedang mabuk kekuasaan.  Mereka menikmati kemewahan dan hak istimewa. Mata mereka silau oleh kemilau harta kekayaan. Mereka menyelenggarakan pemerintahan dengan tangan besi dan memutarbalikkan keadilan.  Namun mereka tidak peduli pada krisis yang dialami oleh bangsanya. Mereka memiliki sumberdaya untuk menolong orang lain, namun mereka enggan mengulurkan tangannya. Mereka menyangka bahwa kedudukan dan kekayaan adalah jaminan  masa depan mereka. Mereka merasa aman dari terpaan krisis. Namun mereka jelas keliru besar. Kedudukan dan kekayaan itu seperti rumput kering yang bisa hangus dalam sekejap. Tuhan menggerakkan bangsa lain untuk menundukkan mereka. Dan  para pemimpin inilah yang akan pertama kali merasakan penghukuman itu. “Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria” (Amos 6:1) Tindakan penghukuman Allah untuk bangsa Israel menjadi peringatan keras bagi kita, oran

Ibadah karena Cinta

Ibadah itu seharusnya berasal  “hati.” Allah tidak ingin bahwa upacara agama yang formal menggantikan kasih yang sepenuh meluap dari hati umat. Mungkin saja kita membaca Alkitab, berdoa, selalu hadir di gereja, dan ambil bagian dalam Perjamuan Kudus, tetapi semua itu dilakukan tanpa dorongan kasih dan pengabdian sepenuh hati kepada Allah. Inilah yang dimaksud dengan legalisme, yaitu sekadar memenuhi kewajiban. “Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.” (Ulangan 10:12) Ketaatan lahiriah berupa pelaksanaan upacara-upacara keagamaan akan memiliki keabsahan dan makna hanya jika dilandaskan pada pengenalan akan Yesus Kristus. Kesalehan ini tidak hanya berhenti di ruang-ruang ibadah, namun juga mewarnai dalam segala kehidupan setelah ibadah. Perhatikanlah bahwa “

Menjamu Malaikat

Pada zaman alkitab ditulis, alat transportasi belum maju. Orang harus menempuh perjalanan selama berhari-hari dengan berjalan kaki. Jika hari mulai gelap, maka orang tersebut harus menginap di mana pun dia berada saat itu. Tidak setiap desa memiliki rumah penginapan. Maka biasanya mereka akan menumpang tidur di rumah penduduk. Itu sebabnya, dalam hukum Taurat, orang Yahudi wajib memberi tumpangan kepada orang asing. Alasannya karena orang Israel sendiri selama bertahun-tahun telah menjadi orang asing di negeri orang saat melakukan perjalanan ke tanah perjanjian. “Jangan lupa bersikap ramah terhadap orang yang tidak dikenal, sebab dengan berbuat demikian ada beberapa orang yang telah menjamu malaikat di luar pengetahuan mereka.” (Ibr 13:2 FAYH) Penulis kitab Ibrani kembali mengingatkan hal ini kembali kepada pembacanya. Surat ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang menjadi pengikut Kristus. Meski mereka telah meninggalkan agama Yahudi, namun hal-hal yang baik dari agama semula tida

Menoleh

Masih ingatkah Anda pada lagu Sekolah Minggu ini? Larilah, cepatlah Lot dan k’luarga Api Tuhan turun Sodom Gomora Janganlah menoleh melihat harta Istri Lot lupa dan menoleh ke belakang Hei! Jadi tiang garam Apakah Allah begitu kejam? Masa’ hanya menoleh saja lantas dihukum menjadi tiang garam? Itu tergantung dari jenis “menolehnya.” Dalam satu hal, kita perlu menengok kembali kehidupan di masa lalu untuk merenungkan dan mensyukuri anugerah Tuhan. Juga untuk melihat kesalahan di masa lampau sehingga dapat diperbaiki di masa depan. Akan tetapi “menoleh” juga memiliki makna yang berbeda. Ketika bangsa Israel berkelana di padang gurun, mereka “menoleh” kembali pada kehidupan di Mesir. Mereka lalu bersungut-sungut. Mereka menihilkan tangan Tuhan yang bekerja secara kasat mata. Mereka melihat dengan mata kepala sendiri saat Allah membelah laut agar dapat dilalui. Mereka juga mengalami pemeliharaan selama di padang gurun. Akan tetapi mereka justru menoleh dan ingin pada kehidupan saat diperbu

Menjamu Malaikat

Pada zaman alkitab ditulis, alat transportasi belum maju. Orang harus menempuh perjalanan selama berhari-hari dengan berjalan kaki. Jika hari mulai gelap, maka orang tersebut harus menginap di mana pun dia berada saat itu. Tidak setiap desa memiliki rumah penginapan. Maka biasanya mereka akan menumpang tidur di rumah penduduk. Itu sebabnya, dalam hukum Taurat, orang Yahudi wajib memberi tumpangan kepada orang asing. Alasannya karena orang Israel sendiri selama bertahun-tahun telah menjadi orang asing di negeri orang saat melakukan perjalanan ke tanah perjanjian. “Jangan lupa bersikap ramah terhadap orang yang tidak dikenal, sebab dengan berbuat demikian ada beberapa orang yang telah menjamu malaikat di luar pengetahuan mereka.” (Ibr 13:2 FAYH) Penulis kitab Ibrani kembali mengingatkan hal ini kembali kepada pembacanya. Surat ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang menjadi pengikut Kristus. Meski mereka telah meninggalkan agama Yahudi, namun hal-hal yang baik dari agama semula tida

Menoleh

Masih ingatkah Anda pada lagu Sekolah Minggu ini? Larilah, cepatlah Lot dan k’luarga Api Tuhan turun Sodom Gomora Janganlah menoleh melihat harta Istri Lot lupa dan menoleh ke belakang Hei! Jadi tiang garam Apakah Allah begitu kejam? Masa’ hanya menoleh saja lantas dihukum menjadi tiang garam? Itu tergantung dari jenis “menolehnya.” Dalam satu hal, kita perlu menengok kembali kehidupan di masa lalu untuk merenungkan dan mensyukuri anugerah Tuhan. Juga untuk melihat kesalahan di masa lampau sehingga dapat diperbaiki di masa depan. Akan tetapi “menoleh” juga memiliki makna yang berbeda. Ketika bangsa Israel berkelana di padang gurun, mereka “menoleh” kembali pada kehidupan di Mesir. Mereka lalu bersungut-sungut. Mereka menihilkan tangan Tuhan yang bekerja secara kasat mata. Mereka melihat dengan mata kepala sendiri saat Allah membelah laut agar dapat dilalui. Mereka juga mengalami pemeliharaan selama di padang gurun. Akan tetapi mereka justru menoleh dan ingin pada kehidupan saat diperbu

Terlibat dalam Rencana Allah

Rasul Paulus dibawa berlayar ke Roma untuk diadili sebagai warga negara Roma. Di tengah laut, kapal mereka dihantam oleh badai “Timur Laut.” Kapal mereka terombang-ambing tak berdaya. Muatan sudah dibuang ke laut untuk meringankan beban kapal. Selama berhari-hari langit tampak gelap. Mereka tidak dapat melihat matahari pada siang dan bintang pada malam hari. Padahal benda-benda di langit ini menjadi  navigasi penting dalam pelayaran. Di tengah keputus-asaan, malaikat menjumpai Paulus untuk menyampaikan kabar baik bahwa tidak ada seorang pun dari mereka yang akan binasa. Tapi ada juga kabar buruknya, yaitu bahwa kapal mereka tidak akan terselamatkan. “Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini.” (Kisah Para Rasul 27:22) Setelah penampakan malaikat ini, para penumpang dan awak kapal tidak secara otomatis diselamatkan. Mereka masih harus melakukan upaya-upaya p

Solidaritas Nehemia

Nehemia itu punya pekerjaan impian pada zaman itu. Dia hidup mewah di istana karena menjadi juru minuman sang raja. Tidak sembarang orang dapat menduduki jabatan ini. Hanyah orang yang sangat dipercaya raja yang dapat mendapatkannya. Pada zaman dulu, para musuh sering berusaha meracuni sang raja. Ibarat kata, Nehemia memegang nyawa sang raja. Saat sedang menikmati kehidupan yang enak itu, Nehemia mendengar kabar menyedihkan di Yerusalem: Tembok-temboknya dihancurkan, pintu gerbangnya terbakar, seisi kota menjadi puing-puing. Nehemia tercenung. Tubuhnya serasa lemah sehingga tubuhnya terduduk. Dia menangisi situasi ini selema berhari-hari dan meratap kepada Allah. Akan tetapi Nehemia tidak berlarut-larut dalam perkabungan. Dia kemudian bangkit dan mengambil tindakan. Pertama, dia meminta izin kepada raja agar diizinkan pergi ke Yerusalem untuk membangun kembali kota suci itu. Kedua, dia meminta bantuan biaya. Barangkali Anda sekarang ada dalam kehidupan yang enak. Bagaimana perasaan And

Kesempatan Kedua

Manusia itu tempatnya kesalahan. Melakukan kesalahan adalah hal yang manusiaai. Itu sebabnya ada yang namanya kesempatan kedua. Orang yang gagal dalam ujian diberi kesempatan untuk mengulang lagi.  Para penjahat dihukum penjara supaya mereka dapat dibina dan merenungi kesalahannya. Jika masa hukuman selesai, maka dia dibebaskan dan diberi kesempatan untuk memulai hidup yang baru. “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3:22-23) Nats hari ini diserukan oleh nabi Yeremia untuk memberikan penghiburan kepada bangsa Israel. Pada masa itu, Israel sedang menerima penghukuman dari Allah. Karena ketidaktaatan bangsa Israel, maka Allah mencurahkan murka-Nya. Akan tetapi Allah memberikan kesempatan kedua kepada mereka. Murka Tuhan itu hanya berlangsung untuk sesaat saja. Kasih-Nya yang besar tidak pernah berakhir (ayat 22). Allah tidak menolak Yehuda selaku umat perjanjian-Nya dan Dia masih mempunyai rencana bagi mer

Anugerah Allah

Bagaimana Anda mengasihi Allah? Apakah karena Dia itu Allah atau karena perbuatan-Nya yang telah dilakukan pada Anda? Apakah Anda menerima berkat dari Allah karena Anda telah berbuat baik? Apakah kesalehan Anda menjadi faktor penentu seberapa besar Allah mengasihi Anda? Setan mengira bahwa satu-satunya alasan mengapa Ayub tetap mengasihi dan tunduk kepada Allah karena dia diberi berkat yang berlimpah dan dilindungi oleh Allah. Setan percaya jika tudung perlindungan Allah disingkirkan dan semua kekayaan Ayub dilenyapkan, maka Ayub pasti akan mengutuki Allah dan mati. Allah mengizinkan setan merampas semua milik Ayub, kecuali nyawanya. Ketika Ayub mendengar kabar kematian 10 anaknya dalam satu hari, Ayub berujar, “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (ay. 21). Orangtua mana tidak berduka kehilangan anak? Dalam hal ini, Ayub tidak hanya kehilangan satu anak, tetapi 10 anak sekaligus! Pasti ini pukulan yang berat. Akan tetapi Ayub tidak mengutuki Allah seperti

Penghargaan dalam Pelayanan

Pada Perang Dunia II, negara Inggris kekurangan pekerja tambang batubara. Pekerjaan ini dianggap kurang bergengsi. Para pemuda lebih memilih masuk dinas ketentaraan yang lebih menjanjikan kehormatan. Melihat hal ini, Winston Churchill, sang perdana menteri, merasa perlu memberikan motivasi, Di hadapan ratusan pekerja tambang batubara, Churchill mengajak mereka membayangkan parade besar yang digelar jika kemenangan diraih. Barisan paling depan adalah Angkatan Laut yang menjadi kebanggaan Inggris. Lalu diikuti Angkatan Udara yang berjasa menghadang pesawat pengebom Jerman. Selanjutnya, pasukan Angkatan Darat. Barisan terakhir adalah para pekerja tambang. “Ketika pekerja tambang melintas, para penonton ada yang berteriak, ‘dimana saja kalian selama perang ini?’” kata Churchill,”Dan kalian akan menjawab dengan bangga,’kami ada di bawah bumi, menggali batu bara untuk kejayaan Inggris!’” “Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan” (1 Korintus 12

Taat Aturan

Kecelakaan pesawat AirAsia mengingatkan saya pada pengalaman perjalanan pulang dari Hanoi ke Singapura. Kami mengalami cuaca yang buruk. Kami mengalami turbulensi. Badan pesawat terguncang hebat. Rasanya seperti tiba-tiba anjlok dari ketinggian tertentu. Seorang pramugari jatuh duduk terduduk di lantai pesawat. Namun dia tetap tenang dan penuh penguasaan diri. Ini adalah pertanda crew yang sudah terlatih. Dia tidak menjadi panik sehingga penumpang pun ikut merasa tenang. Karena mengenakan sabuk pengaman, maka saya terikat aman saat terjadi goncangan. Inilah gunanya mematuhi anjuran keselematan penerbangan. Biasanya setelah lampu tanda sabuk pengaman dimatikan, para penumpang buru-buru melepas sabuk pengaman meski tidak akan kemana-mana. Padahal ada himbauan untuk tetap mengenakan sabuk pengamanan selama duduk. Gunanya supaya tetap aman jika tiba-tiba pesawat terguncang. Masih banyak orang yang tidak paham hal ini sehingga mereka menganggap kewajiban mengenakan sabuk pengamanan itu seb

Siapakah Aku?

Telepon berdering di sebuah landasan udara militer. Seorang prajurit mengangkat telepon itu. “Segera siapkan helikopter!” kata suara di seberang telepon, “Aku akan main golf di Bali.” “Maaf pak. Menurut peraturan, fasilitas militer tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi,” jawab prajurit itu. “Apakah kamu tahu siapa aku?!!”terdengar suara di seberang dengan nada marah. “Tidak, Anda siapa?” tanya prajurit polos. “Aku adalah Jenderal bintang empat!” “Apakah Jendral tahu siapa saya?” prajurit itu ganti bertanya. “Tidak!!” “Kalau begitu, terbang saja sendiri ke Bali,” kata prajurit sambil menutup teleponnya. Kalau Anda bertanya kepada semua orang: “Tahukan kamu, siapakah kamu?”, maka akan ada dua kemungkinan: (1) Anda dianggap sebagai orang yang sombong, atau (2) Anda dianggap terkena sindrom amnesia (kehilangan ingatan). Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (Matius 16:15) Ketika Yesus mengajukan pertanyaan ini, Dia ingin menguji seberapa dalam

Tuhan Memegang

Thomas Dorsey punya talenta bermusik.  Pada tahun 1932, Dorsey terpilih sebagai presiden National Convention of Gospel Choirs and Choruses . Pada bulan Agustus pada tahun itu, Dorsey harus menghadiri konvensi musik gospel di St. Louis. Dia sebenarnya merasa berat hati meninggalkan Nettie, isterinya, yang sedang hamil tua. Akan tetapi karena panggilan pelayanan, maka Dorsey pun berangkat ke luar kota. Saat konser musik sedang berlangsung, Dorsey menerima sepucuk telegram. Isinya permintaan agar segera pulang karena isterinya akan melahirkan dan sedang dalam kondisi yang kritis. Dorsey merampungkan penampilannya lalu bergegas pulang. Sayangnya, nyawa Nettie tidak terselamatkan, namun putra pertama mereka lahir dalam keadaan hidup. Pada malam itu, anak sulungnya itu menyusul ibunya menghadap Tuhan.Dorsey benar-benar mengalami kepahitan dengan Tuhan. Beberapa hari kemudian, saat berjalan santai dengan seorang teman, dia menghampiri sebuah sekolah. Dia duduk di depan piano dan meluncurlah s

Pelajaran dari Anak Saya [2]

Suatu hari, kami sekeluarga berjalan-jalan di pusat perbelanjaan untuk mencari jaket jeans bagi Kirana,  anak kami. “Kamu pilih yang mana?” kata saya pada Kirana. “Kirana mau jaket yang ada bulunya,”jawab Kirana sambil menunjuk jaket yang ada bulunya di bagian leher dan ujung lengannya. Warnanya merah muda alias pink ! Aduh nak, pilihan warnamu kok norak banget, sih ! Kata saya dalam hati. “Pilih ini saja ya, yang bulunya berwarna putih,” bujuk saya. Menurut saya model dan warnanya lebih elegan. “ Nggak mau. Kirana mau yang ini saja,” katanya sambil mencoba jaket pink itu. Kami pun membayar jaket itu. Jaket itu langsung dipakai Kirana dengan bangga dan percaya diri. Kami justru yang malu, karena menjadi pusat perhatian di pusat perbelanjaan itu. Lalu tiba-tiba suara batin saya berkata, “Kamu itu bagaimana sih ? Kamu tadi menyuruh anakmu memilih sendiri. Tapi begitu anakmu menentukan pilihannya, kamu menolaknya. Itu namanya tidak konsisten.” Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka.

Pelajaran dari Anak Saya [1]

Sudah lama Kirana (2,5 thn), mengidamkan sepatu yang bergambar “ Snow White “. Sayangnya belum ada yang ukurannya pas. Ketika kami berjalan-jalan, dia melihat sepatu idamannya itu. Setelah dicoba, ternyata ada yang pas dengan kakinya. Harganya murah. Kami menawarkan sepatu model lain lain, tapi Kirana menolak. Kami coba membujuk dia dengan alasan bahwa sepatu ini lebih bagus dan harganya lebih mahal. Namun Kirana tak goyah. Dia menghendaki sepatu “ Snow White “, persis seperti yang diinginkannya sejak lama. Keteguhan Kirana memberi pelajaran kepada saya tentang hidup yang berfokus pada tujuan. Fokus membuat hidup kita berdampak dan efesien. Jika punya fokus, maka kita tidak mudah tergoda berbagai hal yang dapat membuat kita melenceng dari tujuan hidup kita. Yesus pun memiliki fokus yang jelas dalam pelayanannya, yaitu melaksanakan kehendak Bapa-Nya (Yoh. 6:38). Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Eben-Haezer, katanya: “Sampai d